Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

"Bukber" untuk Persatuan Persaudaraan dan Kebersamaan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Rabu, 02 Juli 2014, 13:07 WIB
<i>"Bukber" untuk Persatuan Persaudaraan dan Kebersamaan</i>
sulthan fatoni/net
PUASA Ramadhan tahun ini bersamaan dengan agenda demokrasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Mengingatkan kita puluhan tahun lalu saat Soekarno-Hatta mewakili bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia juga di bulan Ramadhan. Bapak Soekarno dan Muhammad Hatta pun menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia sehari setelah Proklamasi, masih di bulan Ramadhan.
 
Suasana Ramadhan saat Pilpres patut kita syukuri. Kedua kandidat Capres-Cawapres, Tim Suksesnya, dan para pendukungnya tentu merasa telah memasuki ruang dan waktu yang lebih sejuk dan menenteramkan batin. Hari ini tersiar kabar Pak Prabowo buka puasa bersama masyarakat di suatu tempat. Begitu juga Pak Jokowi berbuka puasa Ramadhan di tempat lain. Sejak di penghujung bulan Juni, kampanye Pilpres sudah terbungkus rapi ibadah puasa Ramadhan. Makin mendekatkan diri dengan rakyat, bahkan dengan Sang Maha Pencipta kekuasaan.
 
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa di bulan Ramadhan itu terkandung ibadah-ibadah yang mengikutinya. Di antaranya adalah pertama, ibadah berkumpul untuk buka puasa. Kedua, menyediakan hidangan makanan untuk berbuka puasa. Dua bentuk ibadah di atas lalu dikemas oleh para kiai dalam satu kegiatan yang bernama buka puasa bersama. Masyarakat sering menyingkatnya dengan "bukber". Ada kiai yang mengemas "bukber" dengan membaca kitab kuning. Kiai lain mengemasnya dengan pengajian sore. Semua forum tersebut diakhiri kiai dengan buka puasa bersama.
 
Saat ini "bukber" sudah dikenal masyarakat luas. Banyak orang berlomba mengundang teman dan tetangga untuk "bukber" di tempatnya. Uniknya saat ini sering ditemukan "bukber" tak hanya diikuti oleh orang yang berpuasa hari itu, bahkan peserta "bukber" ada yang dari non muslim. Bukan cuma itu, tuan rumah "bukber" pun ada juga yang bukan seorang muslim. "Bukber" sudah menjadi lifestyle. Satu bentuk ibadah di bulan Ramadhan yang sudah berbaju tradisi. Masyarakat muslim enjoy melakukannya, tak merasa berat apalagi keberatan.
 
"Bukber" adalah kreasi para kiai untuk masyarakat muslim agar tak merasa berat menjalankan ajaran Rasulullah. Imam Nawawi Damaskus dalam kitab al-Adzkar mengutip Rasulullah bahwa di setiap kebersamaan berbuka puasa pasti mengalir doa para malaikat. Keteladanan lain dari Rasulullah adalah hendaknya di setiap buka puasa diselipkan doa yang baik untuk tuan rumah penyedia hidangan buka puasa.
 
Jika kampanye Pilpres ada masa tenang (5-7 Juli) maka sepanjang Ramadhan termasuk hari tenang dan anjurkan terus beribadah "bukber". Marilah kita perbanyak forum-forum "bukber". Memperbanyak "bukber" otomatis mempererat tali silaturahmi. Dalam konteks Pilpres, mengemas kampanye dalam bentuk "bukber" secara otomatis berkontribusi besar memperkuat persatuan, persaudaraan dan kebersamaan.
 
Bapak pendiri bangsa, Kiai Hasyim Asyari, telah berpesan bahwa sebuah bangsa bisa terwujud manakala penduduknya mampu menguatkan rajutan persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. Dwi tunggal Soekarno-Hatta disepakati untuk dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 18 Agustus 1945 karena anak bangsa telah terjalin persaudaraan, persatuan dan kebersamaannya. Semoga Pilpres 9 Juli 2014 yang akan datang melahirkan Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih oleh rakyat dalam suasana persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. [***]

*Penulis adalah Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA