"Apalagi, sebelum diberitakan, media-media itu juga sudah melakukan konfirmasi kepada Eva K. Sundari, salah seorang tim sukses Jokowi-JK," jelas Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay (Kamis, 5/6).
"Mestinya, sikap yang dilakukan kan tidak membantah. Kalau dibantah, pemberitaan itu sendiri nanti malah dianggap fitnah. Kasihan wartawan yang telah melakukan kerja-kerja jurnalistik secara profesional," sambung Saleh.
Selain itu, bantahan tersebut bisa menyebabkan persoalan ini akhirnya semakin panjang. Buktinya, kecaman dari berbagai pihak banyak dialamatkan kepada PDIP dan timses Jokowi-JK.
"Dalam konteks seperti ini, yang dirugikan tentu pihak PDIP, khususnya Jokowi dan JK yang sedang bertarung di pilpres nanti," demikian Saleh.
Instruksi mengawasi materi khutbah Jumat ini disampaikan Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI Perjuangan Jakarta Timur, William Yani lewat akun Twitter @news_pdip pada Kamis (29/6) lalu.
"Ketua dpc pdip jaktim instruksikan khusus kpda kader dan pendukung#JKWJK yang muslim untuk sholat jumat besok dan memantau penceramah jumat-an."
Sementara Eva K. Sundari, yang dikonfirmasi mengaku sudah mendengar instruksi tersebut. (Eva:
Bukan Tidak Mungkin Kader PDIP Seluruh Indonesia Disuruh Pantau Materi Khotib)
"Aku dengar begitu. Karena memang serangan kepada Jokowi-JK di masjid-masjid sangat intensif. Serangan ke Jokowi-JK minta ampun, fitnah, bahkan beberapa penceramah melakukan kampanye hitam secara masif," jelasnya kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini.
Namun belakangan, Eva membantah pernah melontarkan pernyataan bahwa pihaknya akan mengawasi dan memata-matai masjid. (Baca:
Eva: MUI harus Kecam Masjid Dijadikan Tempat Kampanye)
Dia hanya meminta kepada penyelenggara dan pengawas Pemilihan Presiden 2014 untuk menegakkan Undang-Undang Pemilu yang antara lain tempat ibadah seperti masjid dan gereja, sekolah, fasilitas umum harus steril dari kampanye politik apalagi kampanye hitam.
[zul]
BERITA TERKAIT: