Perbanas menjadikan Job Fair sebagai agenda tahunan karena merupakan solusi agar wisudawan dan mahasiswa bisa beradaptasi dengan pekerjaan. Saat ini, menurut industri yang menampung, lulusan Perbanas dianggap langsung cakap bekerja, sehingga 90 persen wisudawan Perbanas Institute diserap Industri. Sedangkan 10 persen sisanya meneruskan S-2 yang juga disediakan di Perbanas Institute.
Mengungkap rahasia keberhasilan Perbanas tersebut, Rektor Perbanas Institute, Prof DR Marsudi Wahyu Kisworo, mengatakan, 90 persen sarjana S-1 di Indonesia lebih berkeinginan untuk langsung bekerja. “Mungkin yang sekolah lagi mau jadi Master atau Doktor tidak sampai 10 persen. Nah ini kan kontradiksi, S-1 tidak didisain untuk bekerja padahal lulusan S-1 maunya langsung bekerja,†ungkap Prof Marsudi dalam siaran persnya (Sabtu, 17/5).
Itulah sebabnya, ungkap Profesor IT ini, sering ditemui sarjana mesin tapi begitu mobilnya rusak dia tidak bisa memperbaiki. Atau sarjana pertanian tapi suruh jadi petani tidak bisa. Karena memang sarjana S1 tidak didisain jadi tukang atau bekerja.
Disini, lanjut Master IT lulusan Curtin University of Technology Australia ini, sejak tahun 2012 ada modifikasi dengan membuat sarjana standar S-1 yang memenuhi syarat keilmuan tapi ditambahkan hal tertentu yang memungkinkan mereka bisa bekerja. Di Perbanas Institute, dilakukan diawal menjadi mahasiswa dengan mendesain kurikulum berbasis kompetensi.
“Disitu disyaratkan kompetensi yang harus dicapai, untuk mencapai kompetensi tersebut wajib mengambil mata kuliah apa?†ungkap Rektor Prof Marsudi.
Contoh untuk menjadi bankir, seorang mahasiswa perlu kompetensi standar, untuk mencapai kompetensi itu maka dia harus ambil mata kuliah tertentu. Hasilnya, rata-rata lulusan Perbanas jauh lebih bagus, tidak seperti dulu harus training berbulan-bulan baru bisa bekerja. Jadi Perbanas Institute Job Fair memastikan pendidikan match dengan industry karena tidak ada gunanya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,9 tapi tidak bisa bekerja," tegas Rektor Prof Marsudi. [zul]