Penilaian AT Kearney ini dapat dari hasil survei terdapat 34 kota di sejumlah negara berkembang dengan 24 parameter yang terbagi dalam lima dimensi. Yaitu aktivitas bisnis, sumber daya manusia, pertukaran informasi, pengalaman sosial budaya, dan kestabilan politik.
"Hasilnya, Jakarta menempati urutan pertama, disusul dengan Manila (Filipina), Addis Ababa (Etiopia), Sao Paulo (Brasil), New Delhi (India), Rio de Janeiro (Brasil), Bogota (Kolombia), dan Mumbai (India)," jelas Kepala AT Kearney untuk Asia Pasifik, John Kurtz di Balaikota, (Selasa, 15/4).
Menurut Kurtz, saat ini New York dan London masih menjadi dua kota global di dunia yang paling maju. Nah, Jakarta dan Manila menjadi kota paling memungkinkan untuk memperkecil ketertinggalan dan memperbaiki posisi global untuk beberapa dekade ke depan.
Kurtz menilai, Jakarta sendiri kita sudah banyak perbaikan. Jakarta semakin kondusif untuk melaksanakan bisnis. Hal itu ditandai dengan tingginya pendapatan per kapita. Perbaikan sumber daya manusia juga kian signifikan.
Hasil penelitian AT Kearney ini sudah diserahkan ke Gubernur DKI Jokowi. Hasil studi ini diharapkan memberikan gambaran lengkap mengenai kondisi Jakarta.
Jokowi sumringah mendengar potensi ini. Namun begitu, Jokowi mengaku akan menggunakan data untuk evaluasi sejumlah program. “Kami merespons positif penilaian ini. Ini bisa dipakai untuk evaluasi, koreksi, mana yang benar, mana yang belum,†ucapnya.
Jokowi mengklaim, pemerintahannya telah melaksanakan sejumlah program pembenahan, baik di bidang infrastruktur, transportasi, maupun sumber daya manusia. Misalnya, pembangunan MRT, monorel, penambahan bus transjakarta, Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, pembuatan sembilan waduk baru, dan normalisasi 13 kali besar.
Namun, tanggapan berbeda ditapilkan publik di dunia maya. Kebanyakan pengguna twitter tidak percaya dengan hasil survei ini.
“Wkwkwkwkwk... lucu,†tawa tweeps @firtonius. “Entah ini benernya di mana. Hahaha,†timpal akun @fajri_abdi.
Akun @ayuniways heran dengan survei itu. Menurutnya, jika Jakarta seperti New York, berarti New York kumuh. “New York juga banjir?†tanya @najwacenter. “Nyamain crowded dan macetnya ya?†sahut akun @dadubias.
Pemilik akun @CliffWuisan menyatakan, mungkin Jakarta sama dengan New York, tapi New York waktu masih tahun 80-an, bukan New York saat ini yang sudah sangat maju. “Ini muji atau ngenyek sih,†cetus akun @imant_nhs.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyebut, saat ini Jakarta juga sudah sama dengan New York. Tapi, bukan dari segi kemajuan, melainkan dari biaya hidup yang sangat tinggi. “Maksudnya dalam hal living cost yang sangat mahal?†ucapnya di akun @TulusAbadi.
Akun @gumay_aditya membuat pelesetan. Menurutnya Jakarta bukan seperti New York tapi lebih tepat mirip New Yorkarto. Akun @HeruHollad geleng-geleng mendengar penyamaan ini. “Mimpinya ketinggian ah,†imbuhnya.
Tapi, banyak juga tweeps yang mendukung hasil survei ini. Akun @bayuwerdiyanto yakin, kalau program Jokowi dilaksanakan dengan tuntas, sangat mungkin Jakarta menyamai New York. Akun @Suday88 malah girang dengan hasil survei ini. “Nggak perlu ke New York lagi,†ucapnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: