Pengamat politik dari LIPI Firman Noor (Jumat, 11/4) menengarai hal itu terjadi karena masih ada resistensi di internal PDIP. Akibatnya, Jokowi tidak maksimal menyedot suara masyarakat pada pileg kemarin. Karena masih menimbulkan kesan keterpisahan antara Jokowi dengan PDIP.
Namun soal pencapresan Jokowi bakal dianulir, menurutnya, hal itu tergantung Megawati. Karena sejak dulu, Megalah yang menjadi pengambil keputusan final, apakah Jokowi tidak menjadi capres lagi, atau sebaliknya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari, berpendapat PDIP telah gagal meningkatkan pencitraan Jokowi. Iklan politik PDIP sebelum pemilu adalah buktinya. Yang selalu ditampilkan adalah Megawati dan keluarganya. Jokowi baru ditampilkan beberapa hari sebelum pencoblosan berlangsung.
"Ini akhirnya memunculkan jurang pemisah antara Jokowi dengan PDIP. Harusnya jadi satu," imbuhnya.
Hal ini berdampak kepada persepsi masyarakat terhadap Jokowi dan PDIP. Pemilu legislatif seperti hampa dari Jokowi, sehingga masyarakat masih banyak yang berat hati memberikan kepercayaannya kepada PDIP.
Qodari melihat, tidak menutup kemungkinan adalanya langkah setengah hati PDIP mencapreskan Jokowi. Jika memang maksimal, Jokowi tidak hanya dijadikan bahan kampanye kemana- mana, tapi juga bahan iklan PDIP. Ini untuk memaksimalkan pencitraan PDIP sekaligus Jokowi di lapangan.
[zul]
BERITA TERKAIT: