Momentum Tepat Partai Islam Usung Capres Sendiri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 11 April 2014, 16:25 WIB
Momentum Tepat Partai Islam Usung Capres Sendiri
AHMAD FUAD FANANI
rmol news logo Hasil quick count atau hitung cepat pemilihan legislatif kemarin sangat menarik untuk diperhatikan. Karena banyak kejutan yang tidak disangka oleh banyak politisi dan pengamat politik sebelumnya.

Pengamat politik Ahmad Fuad Fanani menjelaskan, suara PDIP menurut banyak lembaga survei akan melejit di atas 30 persen bahkan 35 persen, karena pencapresan Jokowi terbukti.

"Jokowi effect yang dikatakan akan memberi effect signifikan, ternyata tidak berefek," jelas Fuad (Jumat, 11/4).

Kejutan juga dipertunjukkan Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto ini mampu masuk tiga besar dengan jumlah suara yang signifikan. Meski menurutnya, yang paling menarik tentu saja adalah posisi partai-partai Islam.

"Ternyata partai Islam tidak mengalami senjakala seperti yang diramalkan oleh banyak lembaga survei selama ini. Suara partai justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Fenomena ini tentu berimplikasi pada peta Pilpres Juli mendatang," tekan dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Lebih jauh dalam pengamatan Fuad, kenaikan suara partai Islam menunjukkan faktor Islam masih sangat kuat dalam peta perpolitikan nasional. Dengan jumlah suaranya itu, partai Islam sebetulnya bisa mengacukan calon presiden sendiri di tengah kompetisi tajam  kubu Jokowi (capres PDIP) dan Prabowo Subianto (capres Gerindra.

"Fenomena ini hampir mirip dengan peta politik pada tahun 1999. Pada saat itu, partai Islam mengajukan alternatif sendiri di tengah persaingan tajam kubu Habibie dan Megawati. Kerjasama strategis partai Islam ini bisa dinamakan sebagai poros strategis. Poros strategis ini hendaknya tidak saja menggalang suara partai Islam," ungkap dia.

Akan lebih kuat lagi, sambung Fuad, jika poros ini juga menggalang kekuatan ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Perti, Al Washliyah, Nahdhatul Wathan, MUI, dan sebagainya. Gabungan suara partai Islam dan ormas Islam ini tentu akan menjadikan kekuatan alternatif baru dalam peta perpolitikan Indonesia.

"Saya kira Pemilu 2014 bisa menjadi momentum parpol Islam dan ormas Islam untuk memunculkan capresnya sendiri," demikian Fuad, yang juga Direktur Riset Maarif Institute ini.

Sejumlah lembaga survei kemarin menggelar hitung cepat. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) misalnya, menetapkan PDI Perjuangan sebagai juara pemilu, disusul Golkar. PDIP memperoleh 19,77 persen, sementara Golkar 14,61 persen.

Di urutan ketiga ada Gerindra dengan perolehan suara 11,80 persen. Lalu Demokrat 9,73 persen; PKB 9,07 persen; PAN 7,47 persen; PPP 7,08 persen; PKS, 6,61 persen; Nasdem, 6,24 persen; Hanura 5,26 persen; PBB 1,36 persen; dan PKPI 0,97 persen.

Sementara hasil hitung cepat Saiful Mujani Reseacrh and Consulting menunjukkan, PDIP 18,89 persen, Golkar 14,97 persen, Gerindra 11,96 persen, Demokrat 10,01 persen, PKB 9,07 persen, PAN 7,65 persen, PKS 6,9 persen, Nasdem 6,68 persen, PPP 6,32 persen, Hanura 5,13 persen, PBB 1,43 persen, PKPI 0,99 persen. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA