Demikian disampaikan Dekan FISIP Universitas Pelita Harapan Prof. Aleksius Jemadu kepada
Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Senin, 7/4).
"Saya pikir itu kriteria yang harus masuk dalam penentuan kriteria cawapres. Karena bagaimanapun, presiden dan wakil presiden harus merupakan satu tim yang utuh, sinergis. Tak ada presiden yang sempurna. Dia harus dibantu oleh wakil presidennya. Wapres kalau bisa harus menutupi kekurangan presidennya," jelasnya.
Namun, untuk menentukan siapa yang paling tepat menjadi pendamping Jokowi, harus menunggu hasil pemilihan legislatif. Karena akan melihat konfigurasi kekuatan di parlemen.
"Tapi kalau kriteria dari segi profesional dan kapabilitas individual untuk menutupi kekurangan Jokowi, memang ada beberapa calon," beber Prof. Aleksius, Guru Besar Politik Internasional ini.
Menurutnya, orang yang mempunyai kriteria itu adalah Jusuf Kalla dan Gita Wirjawan. Tapi, dia memberikan catatan untuk mantan Wakil Presiden dan mantan Menteri Perdagangan itu.
"Untuk Pak Jusuf Kalla, harus diingat tidak boleh ada matahari kembar. Itu persoalannya. Matahari harus satu saja, presiden. Jadi orang yang dibutuhkan itu kapabilitas tinggi, tapi jangan terlalu menonjolkan diri. Nanti ada dua presiden," katanya merujuk pada pengalaman duet SBY-JK pada 2004-2009 lalu.
Sementara Gita, dia tak menampik punya jaringan internasional dan cakap di bidang perdangan dan ekonomi.
"Level individual dan kapabilitas, dia pas melengkapi Jokowi. Tapi jangan lupa ada catatan lain. Kesan PDIP itu Trisakti Bung Karno, yang diperkirakan mengarah anti neoliberalisme. Disitu saya pikir tidak terjadi konvergensi dengan Gita, yang mungkin sangat pro liberalisasi," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: