KUNJUNGAN KE AMERIKA (6)

Anak SMA Latihan Menjadi Pejabat Pemkot

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
OLEH:
  • Senin, 03 Maret 2014, 11:25 WIB
<i>Anak SMA Latihan Menjadi Pejabat Pemkot</i>
Mellani Eka Mahayana
Wartawan Rakyat Merdeka, Mellani Eka Mahayana, dan empat peserta lainnya, diundang Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebagai International Visitor Leadership Program (IVLP) 2014. Temanya Young Leaders Working for Peaceful Change and Democratic Societies. Selama tiga pekan, 27 Januari-14 Februari 2014, diajak menyelami kehidupan demokrasi di negeri Paman Sam.

DARI Detroit, Michigan, kami terbang menuju Huntsville, Negara Bagian Alabama. Perjalanan ditempuh sekitar empat jam dengan transit di bandara Charlotte, Negara Bagian North Carolina. Ada perbedaan waktu satu jam antara Detroit dan Huntsville.
Dibandingkan dengan dua kota terdahulu, Washington DC dan Detroit, Huntsville merupakan kota kecil. Jumlah penduduknya sekitar 180.200 jiwa. Namun, bandaranya tak kalah keren dari bandara sebelumnya. Terasa sekali adanya pemerataan fasilitas publik untuk mengakomodasi mobilitas warga negeri ini.

Kami memasuki bandara kota Huntsville, kawasan selatan AS, pada 4 Februari. Mendarat di bandaranya, kami disambut gambar-gambar balon udara dan roket. Ya, Huntsville yang dijuluki Rocket City merupakan pusat penelitian teknologi, luar angkasa dan industri pertahanan. Huntsville merupakan kota terbesar di Alabama. Wilayah ini juga merupakan kawasan pertanian, salah satunya sentra kapas terbesar di AS.

Kesibukan di Huntsville dimulai 5 Februari pukul 08.45 pagi. Kami menghadiri panel diskusi yang digelar International Services Council of Alabama, Inc. Acara bertempat di bangunan berusia sekitar 150 tahun. Bangunan itu menjadi saksi bisu perjuangan hak-hak sipil Amerika.

Topik diskusi mengenai kepemimpinan dan keberagaman. Pembicaranya; Kadin Afrika Amerika Alabama Utara (NAAAC), Jerry Mitchell, Wakil Presiden Hispanic/Latino Advisory Committee,  Kevin Fernandez, Direktur Small Business and Events Kadin Huntsville, Pammie Jimmar, pengusaha John Hamilton dari J Hamilton & Associates, LLC.

Pukul 10, acara dilanjutkan dengan James Robinson dari GLBT (gay, lesbian, bisexual, transgendered) Advocacy and Youth Service, Inc. Saat ini,  12 negara bagian dan District of Columbia mengakui perkawinan sesama jenis sementara lebih 30 negara bagian melarangnya, termasuk Negara bagian Alabama.

Menurut Robinson, meski tempat tinggalnya, Alabama belum mengakui perkawinan sesama jenis, dia dan rekan-rekannya akan terus berjuang. Caranya, Robinson tak akan melewatkan kesempatan berbicara dalam seminar maupun media. Termasuk, bertemu kami tanpa ketakutan akan diusir aparat.

Selain itu, GLBT beraliansi dengan organisasi kepemudaan lainnya seperti 6Tool Baseball. “Semakin banyaknya kami berbicara ke publik,  Semakin ke sini, lebih banyak orang yang paham dengan GLBT,” tuturnya.

Setelah makan siang, kami bertandang ke organisasi sosial misionaris National Associatiom of the Prevention of Starvation (NAPS). Organisasi ini digawangi anak muda berusia 18-31. Mereka umum mahasiswa dari Oakwood University, secara historis merupakan sekolah kulit hitam milik Gereja Advent.

Dalam kunjungan itu kami disambut anak muda kulit hitam dan dinyanyikan lagu-lagu yang memberikan motivasi. Lalu, lewat video berdurasi 10 menit, kami menyaksikan kegiatan mereka memberantas kelaparan, kemiskinan dan penyakit menular di dalam dan luar negeri, khususnya di benua Afrika.

Menurut relawan Mia Pile, biasanya para mahasiswa akan mangkir dari kampus sekitar setahun. “Jika umumnya tamat kuliah empat tahun, tentu akan menjadi lima tahun. Namun ini tidak masalah sebab aksi mereka ini salah satu bentuk  investasi di masa depan,” terangnya.

Dari NAPS perjalanan berlanjut ke museum, US Space & Rocket Center di pinggiran kota Huntsville. Saat kami datang, anak-anak usia sekolah dasar tengah mengikuti space camp. Mereka mendapat pelajaran mengenai antariksa dan mengikuti simulasi menjadi astronot.

Dalam museum ini tersimpan pesawat di era yang sama dengan Wright bersaudara. Era manusia pertama kali bisa terbang, awal abad 19. Hanya 70 tahun, manusia (Amerika) berhasil ke bulan.

Petang kami balik ke hotel, sudah menunggu Dr Dony Gapasin, relawan International Services Council of Alabama, Inc. Pria berdarah Filipina ini pernah tinggal 15 tahun di Indonesia. Dia mengajar di kampus pertanian di Jawa Tengah. “Saya ingin bertemu Anda karena ingin membalas kebaikan Indonesia kepada saya,” katanya terdengar haru.

Keesokan harinya, kami mengunjungi Birmingham Civil Rights Intitute (BCRI). Birmingham merupakan kota terpadat di Alabama. Jaraknya dari Huntsville sekitar 165 kilometer. Di gedung ini tersimpan dokumentasi  perjuangan warga Afrika-Amerika di Birmingham dalam mendapatkan hak berpartisipasi di pemerintahan kota dan komunitas bisnis.

Di kota ini, kami tak melewati kunjungan ke 16th Street Baptist Church. Pada 1963, gereja ini dibom terkait kebencian warga kulit putih kepada kulit hitam. Dalam insiden ini, empat remaja perempuan tewas.

Kami kembali ke Huntsville di malam hari. Kegiatan pagi 7 Februari dimulai dengan kunjungan ke sekolah menengah, Columbia High School. Kami bertemu para siswa anggota Junior Optimist Octagon International (JOOI) Club. JOOI merupakan rumah bagi dinamisnya dunia relawan muda. Mereka diharapkan berkerja terus menerus menciptakan perubahan di komunitasnya.

Satu jam kemudian, kami bertandang ke sekolah swasta Randolph. Untuk bersekolah di sini, uang sekolahnya mencapai 20 ribu dolar setiap tahun. Sekolah indipenden ini melayani siswa dari TK hingga kelas 12.

Menurut Direktur Community Learning Randolph, Mason West, salah satu program baru sekolahnya untuk anak sekolah menengah adalah civic challenge. Pelajar menjadi pimpinan di pemerintah kota Huntsville dalam seminggu untuk masa setengah hari. Para siswa diberikan proyek untuk menyelesaikan masalah di kota mereka.

Ide ini disambut baik Eksekutif Direktur Urusan Multikultural  Pemkot Huntsville, Kenny Anderson. Menurutnya, program ini membuat anak muda terlibat dalam komunitasnya sedini mungkin. “Program ini  juga diikuti sekolah lain, dan sangat menarik,” kata Anderson di kantornya, 7 Februari.

Perjalanan kami di Huntsville ditutup dengan menginap di rumah warga setempat. Kami merasakan bagaimana keramahan wilayah selatan yang hampir mirip dengan suasana di Indonesia.

Saya tinggal di rumah keluarga Bill dan Shirley Leonard. Opa dan Oma menetap di kawasan selatan Huntsville di Green Mountain. Kediaman mereka berada di tanah seluas 2,4 hektar. Ada dua danau di sekitarnya. Menuju kediaman mereka, banyak pohon pinus dan cemara. Bila sedang beruntung kami akan bertemu rusa dan rubah. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA