Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, menjelaskan,
eksposure Tri Rismaharini di media semakin kencang meninggalkan figur-figur lain di ranah politik di Indonesia. Heboh isu pengunduran dirinya dari kursi Walikota Surabaya justru menempatkannya sebagai primadona baru dalam pentas perbincangan politik di Indonesia melebihi eksposure yang dialamatkan padanya karena prestasi-prestasinya selama ini.
"Munculnya nama Risma menjadi trending topik politik bersaing dengan nama Jokowi, Presiden SBY, serta para kandidat capres Indonesia seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, serta Wiranto dalam minggu ini," ungkap Rustika dalam keterangan persnya (Jumat, 28/2).
Fenomena politik Risma itu diukur oleh Indonesia Indicator (I2), lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis indikasi politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping). Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu dua bulan terakhir, yakni sepanjang 2014. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak
crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, dan t
ext mining.
Rustika menjelaskan, dengan menggunakan
trending analysis pemberitaan dengan tema politik secara umum, nama Tri Rismaharini sudah muncul dalam cluster trending sejak sebulan lalu. Bila pada pertengahan Januari lalu nama Tri Rismaharini masih berada dalam zona pinggiran, memasuki pertengahan Februari, Risma bergerak secara progresif mendekati Jokowi yang berada dalam zona pusat trending politik.
"Bahkan pada tanggal 24 Februari, nama Jokowi tidak muncul, namun nama Risma masih terdeteksi menjadi trending politik meski pada saat yang sama media di Indonesia sedang mengarahkan perhatiannya pada krisis politik di Ukraina dimana nama Viktor Yanukovych menjadi trending terkuat," ungkapnya, seraya menambahkan, temuan ini berasal dari 170 media yang membicarakan masalah politik selama periode 23 Januari-24 Februari 2014 .
Begitu juga dalam lingkup yang lebih khusus, yakni pemberitaan mengenai PDIP. Meskipun masih kalah kuat dibandingkan Jokowi, nama Risma muncul kuat sebagai trending sejajar dengan jubir PDIP, Tjahjo Kumolo. Bahkan ketika dibandingkan dengan Megawati dan kader PDIP lainnya, nama Risma jauh lebih banyak dibicarakan media.
Hal lain yang menguatkan bukti bahwa Risma menjadi primadona di panggung politik adalah posisinya sebagai
Top Influencer dalam topik Politik di Indonesia. Hal ini terjadi untuk pertama kalinya bagi Risma. Ini artinya, dia menjadi narasumber terbanyak yang dikutip media berkenaan dengan topik politik atau media mempolitisasi masalah pengunduran diri?
"Dalam kurun waktu 17-24 Februari 2014, sebanyak 466 pernyataan dikutip oleh berbagai media di Indonesia. Dalam hal ini, posisinya mengalahkan Jokowi (319 statement) dan presiden SBY (173 statetment). Fenomena ini menunjukkan bahwa media sedang memberikan ruang artikulasi politik yang lebih besar kepada orang nomor satu di Surabaya ketimbang Jokowi dan presiden SBY," demikian Rustika.
[zul]
BERITA TERKAIT: