Gita Wirjawan mengungkapkan hal tersebut dalam pesan singkat yang diterima sesaat lalu (Kamis, 6/2) menanggapi pernyataan Indonesianis dari Australian National University, Prof. Greg Fealy dan dari Monash University, Australia, Prof. Greg Barton.
"Kita harus jelas dengan nasionalisme kita ke depan. Yang pasti, kerjasama dengan negara manapun harus adil dan meningkatkan martabat, kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat Indonesia," ungkap peserta Konvensi Capres Partai Demokrat yang pagi ini dalam rangkaian kunjungan di Kota Bandung.
Sebelumnya, Greg Fealy menilai, kalau Gita Wirjawan terpilih jadi Presiden, akan berdampak negatif terhadap Australia. Hal ini terlihat dari sejumlah kebijakan Gita saat menjadi Mendag, terutama terkait penghentian impor daging sapi tahun lalu. Menurut penulis buku
Ijtihad Politik Ulama ini, yang berpeluang besar menjadi presiden Indonesia adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) yang pertentangannya dengan kebijakan Australia minim sekali.
Senada dengan Greg Fealy, Greg Barton juga demikian. Menurutnya, Jokowi memiliki peluang besar untuk pemimpin Indonesia.
Penulis buku
Gagasan Islam Liberal di Indonesia ini mengakui bahwa Australia khawatir terhadap sejumlah tokoh yang lebih mengepankan kepentingan politik. Menurutnya, tokoh seperti itu bisa mengakibatkan praktek perdagangan yang tidak sehat. "Jokowi, bagaimanapun, tidak terikat oleh masalah nasionalisme," demikian Barton, yang juga penulis buku
Biografi Gus Dur ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: