"Ketika banjir datang dan Jakarta lumpuh, selalu muncul wacana pindah ibukota negara. Tetapi ketika banjir berlalu wacana itu pun tenggelam berhenti jadi konsumsi wacana bencana," ujar ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak pagi ini (Kamis, 6/2).
Dahnil mengnigatkan, tahun lalu Presiden SBY sempat melontarkan wacana tersebut. Tapi sampai hari ini belum terdengar lagi sudah sampai dimana langkah menuju pemindahan ibukota itu.
Padahal, menurut Dahnil, Jakarta untuk beberapa puluhan tahun ke depan, tidak akan mampu menampung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan kondisi ekologi yang tidak mendukung. Selain itu, Indonesia harus menggeser pusat pertumbuhan agar lebih menyebar ke bagian Indonesia lain.
Makanya, wacana pemindahan Ibukota harus mulai direalisasikan. Setidaknya, Presiden SBY bisa memulai langkah menuju pemindahan Ibu kota negara yang nanti akan menjadi PR bagi Presiden berikutnya.
"Karena proses pemindahan Ibukota tidak mudah dan singkat. Tetapi membutuhkan proses yang rumit dari sisi legal maupun anggaran dan akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu prosesnya harus dimulai dari sekarang," demikian pengajar di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten ini.
Wacana memindahkan Ibukota Negara ini sempat disampaikan Presiden SBY dalam jumpa pers di Hotel Grand Emerald, St. Petersburg, Rusia, awal September tahun lalu di sela-sela kunjungannya.
Bahkan, pada waktu itu, SBY mengatakan, pada 4-5 tahun lalu diam-diam telah memikirkan kemungkinan membangunan pusat pemerintahan di luar Jakarta. Presiden SBY telah membentuk tim kecil untuk untuk memikirkan kemungkinan memindahkan ibu kota. “Pusat perekonomian tetap di Jakarta, tapi pusat pemerintahan di kota lain,†kata Presiden SBY.
[zul]
BERITA TERKAIT: