Menganggap Banjir Semata Bencana Alam Adalah Kebodohan yang Dipelihara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 04 Februari 2014, 10:51 WIB
Menganggap Banjir Semata Bencana Alam Adalah Kebodohan yang Dipelihara
kanti w janis
rmol news logo Jakarta memang rawan banjir. Bahkan, Ibukota Negara ini sudah sering mengalami banjir sejak zaman kolonial Belanda. Karena 40 persen wilayah Jakarta adalah dataran rendah. Secara umum Jakarta hanya 7-8 meter di atas permukaan laut.

"Namun, menganggap banjir bencana alam semata adalah kebodohan yang dipelihara," jelas politikus muda PAN Kanti W. Janis dalam pernyataannya pagi ini (Selasa, 4/2).

Dia membandingkan, Belanda sendiri adalah negara yang berada di bawah permukaan laut. Karena menyadari kekurangan geografisnya, negara itu dalam perencanaan kota, selalu berpegang pada prinsip menghindari banjir.

"Dibangunlah dam, kanal-kanal, bangunan ramah lingkungan," jelas master hukum jebolan International Law and Law of International Organizations di Rijksuniversiteit Groningen (RuG), Groningen, Belanda, ini.

Begitu juga dengan Jepang, negara yang rentan gempa. Karena gempa sudah berdampingan dengan kehidupan masyakarat, dicarilah teknologi pembangunan gedung yang anti gempa dari  7-9 S,R. Para kontraktor yang melanggar peraturan bisa dipidana oleh pemerintah Jepang.

"Agar banjir tidak menjadi bencana rutin (melanda Jakarta), sudah seharusnya dibuat kebijakan yang berani dan tegas," demikian calon anggota DPR RI daerah pemilihan Jakarta III,  yang meliputi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu ini. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA