Di Pasar Sei Kambing, selain berdialog dengan para pedagang, Ketua Aliansi Rakyat Untuk Perubahan (ARUP) itu juga berbelanja. Dia membeli buah-buahan, sayuran, hingga ikan, dan ayam.
Dalam kesempatan tersebut, Rizal bahkan memperagakan memotong ayam potong yang dipandu seorang pedagang. "Jangan terlalu ke atas tangannya Pak," kata seorang pedagang mengingatkan, seraya terdengar pedagang lain memanggil-manggil agar dagangannya juga disambangi.
Sebelum meninggalkan pasar, sejumlah pembeli meminta untuk berfoto bersama. Rizal dengan ramah melayani. Setelah itu, Rizal yang didampingi puluhan pendukung termasuk para tukang becak yang setia menemani sejak pagi, menuju Masjid Raya atau Masjid Raya Al Mashun, di Jalan Sisingamangaraja.
Di masjid bersejarah peninggalan Sultan Deli ini, Rizal dan rombongan melaksanakan shalat ashar. Di masjid yang dibangun pada tahun 1906 dan rampung tiga tahun kemudian (9 September 2019) itu pula tokoh oposisi nasional ini membagi-bagikan "belanjaan" yang ia beli di pasar tadi. Barang belanjaan itu memang diniatkan akan diberikan kepada masyarakat kurang mampu yang sering berada di masjid tersebut.
Perjalanan Rizal bersama rombongan belum selesai. Dia kemudian naik becak lagi. Kali ini tujuannya adalah Istana Maimun, yang berjarak sekitar 200 meter. Sekitar satu jam lebih dia bersama rombongan 'menikmati' bangunan yang dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada 1888 tersebut. Pemandu pun dengan sigap dan ramah menjelaskan seluruh hal yang terkait Istana yang didesain oleh arsitek Italia tersebut.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Rizal mengakhiri rangkaian kunjungannya di Medan. Sebelum berpisah dan meninggal Istana, dia kemudian menyemangati para pendukung dan puluhan tukang becak, termasuk menegaskan kembali kebulatan tekadnya maju pada Pemilihan Presiden 2014 mendatang.
"Saya umur 6 tahun, sudah ditinggal ayah. Umur 7 tahun, ibu saya meninggal. Tapi walau yatin piatu, saya punya cita-cita agar jadi orang. Saya jadi pernah jadi Menko Menko Perekonomian, dan jabatan lainnya. Sekarang saya penasihat PBB di New York, Amerika Serikat," bebernya.
Namun, dia berharap orang Indonesia jangan sampai jadi yatim di negaranya sendiri. Warga Indonesia harus seperti rakyat negara lain, yang diurus oleh negara. Pasalnya, mantan aktivis yang sempat dipenjara pada masa rezim Orde Baru ini, Indonesia sangat kaya tapi mayoritas rakyatnya masih miskin.
"80 persen rakyat belum merdeka. Makanya kita harus benahi Indonesia. Saya ditelepon Sekjen PBB diminta memimpin Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP), yang mempunyai 53 negara anggota. Tapi saya tolak. Lebih baik kita ubah Indonesia. Insya Allah lewat konvensi rakyat, kita bisa lakukan sesuatu," tandasnya, yang langsung disambut pekik pendukungnya, "Hidup Rizal Ramli", "Cocok Kali".
[zul]
BERITA TERKAIT: