"Ini yang sedang kami coba garap, pembinaan bahasa melalui media massa," papar Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemdikbud), Yeyen Maryani ketika penutupan kegiatan "Penyegaran Keterampilan Berbahasa Indonesia untuk Redaktur Bahasa" di Hotel Salak, Bogor, Kamis (21/11).
Sebagai unsur pengembang, Yeyen menjelaskan, seringkali ditemukan kosa kata yang tak lazim jika merujuk Kamus Baku Bahasa Indonesia, justru dipopulerkan oleh media massa.
"Kosa kata yang belum ada seperti petahana. Di sinilah media massa menjadi bahan baku untuk kosa kata baru," sebutnya.
Sedangkan dalam konteks pembina, media massa dituntut mempunyai tanggung jawab menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang berlaku. Ia kembali mengingatkan, betapa besarnya peran media massa ikut mendorong Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang mampu melepaskan diri dari kemungkinan untuk digolongkan baik sebagai bahasa pijin (pidgin) maupun kreol. Penggunaan Bahasa Indonesia yang buruk di media tidak bisa membawa Bahasa Indonesia menjadi bahasa modern di dunia ilmu pengetahuan, teknologi, seni-budaya, agama, filsafat, dan lain-lain.
Sementara dalam prespektif sosial, politik, dan budaya, penggunaan bahasa Indonesia yang buruk akan berpengaruh kepada masa depan negara dan bangsa.
Secara mendasar, Yeyen menekankan, buruk atau rendahnya kualitas berbahasa Indonesia akan menjadikan manusia Indonesia berkualitas rendah. Rendahnya kualitas manusia suatu negara pada gilirannya akan menjadikan negara dan bangsa berkualitas rendah.
"Jadi itu pembinaan kebahasaan sangat luas. Tidak bisa menjadi tugas Badan Bahasa sendiri," demikian Yeyen.
Forum Penyegaran Keterampilan Berbahasa Indonesia untuk Redaktur Bahasa ini berlangsung selama dua hari, 21-20 November 2013. Sedikitnya 30 peserta dari berbagai media massa dan penerbit hadir.
[rus]
BERITA TERKAIT: