Dicontohkannya, penggunaan kitab suci dalam ajaran Tao, memiliki fungsi masing-masing.
"Saat memandikan mayat, kitab suci yang digunakan berbeda dengan ritual pemakaman. Begitu juga saat memperingati 49 hari, 100 hari, sampai 3 tahun. Kitab sucinya beda-beda," kata Taosu Agung Kusumo di kantornya di kawasan Jelambar, Jakarta Barat, Selasa (10/9).
Selain itu, para Sekong tersebut tidak dapat menunjukkan kebenaran kitab suci yang mereka pergunakan kepada masyarakat.
Bahkan diungkapkan, ada dari oknum-oknum Sekong tersebut saat menjalankan ritual, menenggak arak yang memabukkan. "Inikan tidak benar," tandasnya.
Untuk memastikan apakah para Sekong tersebut gadungan atau bukan, masyarakat bisa minta diperlihatkan surat atau Kartu Rohaniwan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.
"Masyarakat penganut Tao jangan sampai dibohongi oleh mereka," pungkasnya.
Diungkapkan Taosu Agung Kusumo, penganut terbesar Tao tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Medan, Pontianak, dan beberapa tempat di Jabodetabek.
[rus]
BERITA TERKAIT: