Hingga saat ini, seperti dilansir dari
Aljazeera, Kamis (15/08), korban tewas sudah mencapai 281.
Perdana Menteri Mesir, Hazem el-Beblawi menyatakan jika keputusan untuk menghancurkan kamp demonstran dari jalanan Mesir yang berujung kerusuhan itu adalah keputusan yang sulit.
"Kami mencapai titik dimana tidak ada satu negara pun yang bisa menerima itu," ujar el-Beblawi mengingat sebelumnya banyak kerusuhan, penyerangan terhadap rumah sakit dan kantor polisi di Mesir.
Sejak dinyatakan Mesir dalam keadaan darurat, pemerintah Mesir kini memberlakukan jam malam di beberapa kota disana. Kota terbesar kedua seperti Alexandria pun terlihat sepi pada Rabu malam waktu setempat sejak diberlakukannya jam malam.
Sementara itu, PM el-Beblawi menyatakan jika pembubaran demonstran itu juga hal yang diperlukan dan ia juga menyatakan akan terus melanjutkan proses demokrasi di Mesir.
"Ada keadaan dimana negara harus melakukan intervensi dengan cara yang tidak biasa, salah satunya adalah darurat hukum. Insya Allah kami akan terus melanjutkan, kami akan terus membangun demokrasi di negara ini," pungkasnya.
[ysa]
BERITA TERKAIT: