"Kita punya mas Rizal Ramli, calon presiden yang mumpuni. Mas Rizal ini juga muridnya Gus Dur. Kita akan dukung presiden yang disetujui oleh NU," ujar KH Nuril Arifin Husein yang akrab disapa Gus Nuril.
Berpakaian dan jubah serba hijau, Gus Nuril malam itu menjadi salah satu bintang dalam acara Tabligh Kebangsaan dalam Rangka Harlah ke-79 GP Anshor yang digelar di alun-alun Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis malam (23/5). Pernyataannya tadi segera saja disambut tepuk tangan meriah tidak kurang dari 1.000 orang yang memenuhi Bagian depan alun-alun. Mereka duduk lesehan begitu saja di atas rumput. Beberapa kelompok memang menggunakan bermacam benda sebagai alas. Lembar-lembaran plastik jadi pilihan terbanyak.
Mereka dalah warga Nahdiyin. Laki-laki dan perempuan. Tua, muda, bahkan kanak-kanak. Yang pria berpakaian putih dan kebanyakan bersarung. Tidak ketinggalan peci putih bertengger di masing-masing kepala. Kaum perempuan berjilbab aneka warna yang cerah. Waktu sudah sejak tadi bergeser dari pukul 21.00.
Langit sangat cerah. Rembulan dan gemintang bisa dilihat jelas dengan mata telanjang di atas langit Cilacap. Langit juga terus cerah sampai acara ditutup pada pukul 23.40 WIB. Lampu-lampu neon berukuran besar yang mengelilingi alun-alun, menyulap gelapnya malam bak siang. Lampu-lampu itu pula yang memantulkan wajah-wajah ceria, walau agak letih, dari kaum Nahdiyin yang di masa silam juga sering disebut kelompok sarungan. Maklum, sejak siang sebelumnya, sebagian besar dari mereka hadir bersama sekitar 3.000-an orang dalam apel Barisan Anshor Serba Guna (Banser) di lokasi yang sama.
Di atas panggung beralas karpet yang biasa digunakan di mushola-mushola kampong, sejumlah tokoh duduk bersila. Ada wakil Bupati Cilacap. Juga ada mantan Komandan Banser dari masa silam, Slamet Effendi Yusuf. Selain itu, masih ada beberapa kyai pembicara lain. Tapi seperti disebut di depan, yang jadi bintang malam itu ada dua tokoh. Pertama, mantan Panglima Pasukan Berani Mati (PBM) ketika Presiden Abdurrahman Wahid akan dilengserkan, Gus Nuril. Tokoh kedua, DR Rizal Ramli, Menko Perekonomian era Gus Dur yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi ikon perubahan nasional.
Rizal Ramli yang berkemeja merah lengan panjang, hanya tersenyum-senyum mendengar "promosi" dari Gus Nuril. Namun ketika mendapat giliran bicara, Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini ternyata benar seperti dikatakan Gus Nuril. Dia benar mumpuni. Katanya-katanya mengalir jernih dan bernas. Kendati juga dikenal sebagai ekonom senior, paparannya jauh dari istilah dan soal-soal ekonomi yang sering membuat kening berkerut.
"Saya ingat pesan Gus Dur. Rizal, kalau kamu berbicara di hadapan rakyat, jangan gunakan angka-angka yang rumit. Mereka tidak perlu dengan angka dan data-data. Rakyat membutuhkan sesuatu yang konkret, yang mampu meningkatkan kesejahteraannya," papar Rizal Ramli yang Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) era Presiden Gus Dur.
Tokoh simbol perjuangan melawan penindasan yang juga anggota Panel Ahli Perserikatan Bangsa Bangsa ini tidak bicara panjang. Hanya sekitar 20 menit. Namun selama 20 menit itu pula Rizal Ramli dengan sorban hitam beraksen warna emas yang melilit lehernya berhasil merebut perhatian audiens. Struktur logika yang dibangun dalam setiap untaian kalimatnya runut dan mudah dicerna. Pilihan kata yang digunakan jauh dari kesan intelektual top yang disegani, bukan hanya di kalangan nasional, tapi juga internasional.
Rizal Ramli menyatakan keyakinannya Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar dan rakyatnya sejahtera. Yang diperlukan adalah lahirnya seorang pemimpin yang hatinya bersama rakyat. Waktu dan pikiran serta seluruh sumber daya sang pemimpin harus benar-benar digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakayatnya.
"Indonesia adalah negara yang kaya raya. Sangat tidak masuk akal bila setelah lebih dari 67 tahun merdeka, rakyatnya masih banyak yang menderita. Saat ini hanya 20% rakyat yang menikmati berkah kemerdekaan. Sedangkana 80 persen sisanya masih bergulat dengan kemiskinan dan penderitaan. Jika saya Allah menghendaki saya menjadi presiden, dalam lima tahun Indonesia akan menjadi bangsa yang digdaya dan disegani. Rakyat Indonesia akan jauh lebih sejahtera daripada sekarang. Insya Allah," papar capres yang di kalangan NU akrab disapa Gus Romli ini, yang disambut dengan ucapan aamiin panjang audien.
[ysa]
BERITA TERKAIT: