Sebelumnya, sebuah lembaga survei 'ingin menduetkan' capres Golkar Aburizal Bakrie dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Bahkan salah seorang kader Golkar, Bambang Soesatyo terang-terangan mengusulkannya.
Setelah Aburizal Bakrie, kini giliran Hatta Rajasa. Di Solo, misalnya, beredar poster-poster dukungan agar bekas Walikota Surakarta dan Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP PAN itu berpasangan.
Menurut Jeffrie Geovanie, saat dimintai pendapat, hal itu menunjukkan bahwa fenomena Jokowi tidak berhenti hanya sampai di pelaksanaan Pemilukada Jakarta, seperti diperkirakan banyak pihak.
Gelombang pengaruh Jokowi, sambung board of advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) ini, bahkan lebih dasyat dibanding saat SBY menjadi figur yang di puja-puja pada 2004 dan 2009 yang lalu.
"Justru seperti yang saya sampaikan pada pernyataan terdahulu, sekarang ini calon-calon Presiden yang ada paham betul bahwa bila ingin memenangkan pemilihan Presiden 2014 tantangannya adalah harus menggandeng Jokowi baik sebagai cawapres atau capres," ungkapnya.
"(Karena) Jokowi telah jadi 'Jokerwi', lebih dari sekedar kartu AS dalam politik Indonesia," ujar Jeffrie kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 30/4).
Sebelumnya, Joko Widodo mengungkapkan kegerahannya atas pencomotan namanya. "Kemarin dipolling disandingkan dengan ARB (Aburizal Bakrie), sekarang disandingkan dengan yang lain, tidak mengerti saya," kata Jokowi, Jumat (26/4) lalu.
Jokowi mengaku tak pernah dikabari dirinya akan disurvei sebagai kandidat calon presiden. "Yang dulu tidak dikasih tahu, sekarang juga tidak dikasih tahu, ya saya tidak mengerti. Saya tidak pernah mikir survei, tidak pernah mikir polling," imbuh dia.
[zul]
BERITA TERKAIT: