Andi Arief menegaskan bahwa pembuktian hasil pemindaian alat-alat geofisika, peta IFSAR dan metode lainnya antara lain eskavasi lokal (spot survey) Gunung Padang dilakukan oleh arkeolog DR. Ali Akbar dan mahasiswa Universitas Indonesia. Semua kaedah dan metodologinya pun dapat dipertanggungjawabkan.
"Tidak benar kalau ada perusakan situs," tegas Andi dalam keterangannya kepada
Rakyat Merdeka Online, Senin (29/4).
"Eskavasi walaupun di luar situs dilakukan sangat hati-hati dibantu dan disaksikan warga setempat dan Juru pelihara Gunung Padang," sambung dia.
Andi menyatakan, kesimpulan bahwa rencana eskavasi yang akan melibatkan masyarakat, TNI dan Polri akan merusak situs karena masyarakat yang melakukannya sebagai kesalahan memahami rencana baik yang dipilih tim sebagai upaya mengenalkan ilmu arkeologi kepada publik. Eskavasi sendiri katanya, direncanakan akan dilakukan oleh 100 arkeolog.
"Pelibatan masyarakat justru membantu dan mengontrol sekaligus sebagai pembelajaran. Arkeologlah yang akan melakukan eskavasi," imbuh Andi.
Dia juga menegaskan, langkah-langkah yang dipilih Tim Terpadu Riset Mandiri dalam riset di Gunung Padang bukanlah langkah-langkah destruktif seperti yang dituduhkan dalam petisi 34 arkeolog dan geolog beberapa hari lalu.
"Tidak pada tempatnya dikontraskan seolah-olah niat baik ini (Tim Terpadu Riset Mandiri) sebagai ancaman sehingga Gunung Padang harus diselamatkan," tandasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: