Pengakuan dan kesiapan mereka untuk bertanggungjawab atas perbuatan yang menewaskan empat tahanan itu dipuji dimana-mana terutama setelah Ketua Tim Investigasi TNI AD Brigjen Unggul K. Yudhoyono dan Presiden Yudhoyono menyebut hal tersebut sebagai sikap ksatria.
Bahkan saat ini beredar pesan berantai yang menganggap Koppasus berjasa menumpas preman. Dalam singat itu juga terdapat ajakan kepada masyarakat Yogyakarta untuk melakukan
aksi dukungan terhadap Koppasus di kawasan
Tugu Yogyakarta Minggu (kemarin, 7/4).
Tak hanya itu di beberapa lokasi seperti di Solo, muncul spanduk bertuliskan,
Dukung TNI & Polri Brantas Premanisme dan Kami Bangga & Salut atas Jiwa Ksatria Prajurit Kopassus.
"Logika saya tidak bisa menerima itu. Seorang militer itu disebut ksatria, kalau dia pergi ke medan tempur," ujar Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar dalam perbincangan dengan
Rakyat Merdeka Online jelang tengah malam tadi (Minggu, 7/4).
Haris Azhar menjelaskan, dalam pertempuran saja, dikenal hukum perang, yang memuat sejumlah syarat boleh atau tidak membunuh seseorang. Kalau ada masyarakat sipil, bahkan musuh sekalipun, yang mengaku tidak siap dan tidak bersenjata tidak boleh dibunuh.
Karena menurutnya, berperang itu menundukkan, mengalahkan, bukan membunuh. Seseorang membunuh kalau memang musuh membahayakan.
"Dalam konsteks perang, kan itu sensitif. Tapi diukur apakah dia pakai senjata. Makanya ada intel perang yang memetakan apakah musuh itu punya senjata atau tidak. Kalau misalnya, membunuh seperti itu (di Lapas Cebongan) bukan ksatria," tegasnya.
Sebelumnya, bekas Koordinator Kontras Usman Hamid juga menyayangkan pernyataan Brigjen Yudhoyono yang menyebut para pelaku penyerangan Lapas Cebongan telah bersikap ksatria hanya karena mengakui perbuatan dan siap bertanggungjawab.
Menurut Usman, Tim Investigasi TNI AD tidak memahami definisi kesatria.
"Ksatria itu mengandung kebajikan, kehormatan dan nilai cinta, jauh bertolak belakang dari militer yang tempur menyerang dan memusnahkan. Kalau masih ada sikap seperti itu, itu sebenarnya sikap setengah hati dari tim investigasi TNI," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: