Fadli Zon Library Luncurkan Buku Puisi Zawawi Imron, Mengaji Bukit Mengeja Danau

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 26 Maret 2013, 21:20 WIB
Fadli Zon Library Luncurkan Buku Puisi Zawawi Imron, <i>Mengaji Bukit Mengeja Danau</i>
zawawi imron/ist
rmol news logo . Siapa yang tak kenal D Zawawi Imron? Nama Zawawi tak bisa dipisahkan dari lembaran sejarah sastra Indonesia.

Sastrawan asal Madura ini bukan hanya penyair, melainkan juga seorang kyai. Tepatnya, kyai yang penyair, atau penyair yang kyai. Maka bila namanya ditulis lengkap, jadilah KH D Zawawi Imron.

Tak heran, beberapa karyanya, menjadi bacaan sementara santri di Indonesia. Sebut saja misalnya Nenek Moyangku Airmata; Sate Rohani dari Madura: Kisah-kisah Religius Orang Jelata; dan Soto Sufi dari Madura: Perspektif Spiritualitas Masyarakat Desa.

Kini, buku Zawawi berujudul Mengaji Bukit Mengeja Danau diluncurkan. Adalah Fadli Zon Library yang kembali meluncurkan karya sastra istimewa dari penyair yang beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini.

Peluncuran buku dilakukan di Rumah Budaya Fadli Zon, di Nagari Aie Angek, Sumatera Barat, pada Senin kemarin (25/6). Hadir dalam acara ini para sastrawan nasional senior dan sastrawan muda dari berbagai daerah.

Sebut saja misalnya, Taufiq Ismail, LK Ara (Aceh), Budi Darma (Surabaya), Ahmad Tohari (Purwokerto), Toety Heraty (Jakarta), Aspar Paturusi (Makasar), Dinullah Reyes (Sumbawa), Gol A Gong (Banten), Chavcay Saefulah (Banten), Joni Ariadinata (Yogyakarta), Jamal D Rahman (Jakarta), Akmal Nasery Basral (Jakarta), Helvy Tiana Rosa (Jakarta), Akib (Tanjung Pinang), Gus TF dan Darman Munir (Sumatera Barat).

"Zawawi adalah penyair pertama yang ikut program sastrawan tamu di Rumah Puisi Taufiq Ismail 2008-2009. Karya ini dikerjakan selama kurang lebih sebulan," kata pendiri Fadli Zon Library, Fadli Zon, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Selasa, 26/3).

Kata Fadli, puisi Zawawi dalam buku ini mendapat apresiasi baik dari sastrawan lainnya. Zawawi merasakan alam takambang jadikan guru, menyatu dengan alam.

Membaca setiap halamannya, ungkap Fadli, akan terasa kesejukan, kedamaian, dan keselarasan alam. Irama yang mengalir dalam setiap baitnya, akan memaksa setiap pembaca untuk segera membuka halaman selanjutnya.

"Itulah kesan pertama kali membaca buku puisi ini," kata Fadli, yang selain budayawan, juga seorang politisi dan cendikiawan.

"Sebagai pendiri Fadli Zon Library dan Rumah budaya Fadli Zon, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami untuk dapat menerbitkan karya sastra ini. Sebab, dengan cara ini semoga esensi karya-karya di dalamnya juga bisa dipelajari lebih luas oleh masyarakat," ungkap Fadli. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA