Pasalnya, dalam pertemuan pada hari Senin lalu, SBY dan Prabowo juga menggelar pertemuan tertutup.
"Kalau pertemuan terbuka, semua sudah tahu apa isinya. Termasuk yang disampaikan Fadli Zon, dan juga jurubicara Presiden, Julian Pasha. Tapi kan ada pertemuan tertutup. Kita masyarakat luar tidak tahu apa isinya," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka Online (Kamis, 14/3).
Pertemuan tertutup antara Presiden SBY dan Prabowo itu menimbulkan interpretasi di kalangan masyarakat soal materi pembicaraan. Karena banyak interpretasi di masyarakat, dia menduga, Presiden SBY mengklarifikasi isi pertemuan tersebut, utamanya kepada tujuh para purnawirawan, yang mayoritas adakah AKABRI angkatan 1970.
Tujuh jenderal purnawirawan Tentara Nasional Indonesia kemarin sore bertemu Presiden SBY di Istana Negara. Mereka adalah Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan, Jenderal (Purn) Fahrul Rozi, Letjen (Purn) Agus Wijoyo, Letjen (Purn) Johny Josephus, Letjen (Purn) Sumardi, dan Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy.
Karena pada saat lanching buku
Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi yang diselenggarakan lulusan AKABRI angkatan 1970, 4 Oktober 2012 lalu, Luhut Panjaitan mewakili angkatan 70 meminta Presiden SBY merekomendasikan seseorang sebagai calon penggantinya. Karena SBY sudah tidak bisa mencalonkan lagi.
Saat itu, jelasnya, Luhut memberikan kriteria, yaitu orang yang punya kemampuan memperbaiki kondisi bangsa dan punya track record yang baik.
"Kan itu permintaan Pak Luhut mewakili temannya-temannya angkatan 70. Karena itu disampaikan Pak Luhut, mungkin Pak SBY merasa perlu melakukan klarifikasi atas pertemuannya dengan Pak Prabowo," ungkapnya.
Emang apa isi pertemuan SBY-Prabowo sehingga harus diklarifikasi ke Luhut Panjaitan Cs?
"Karena semua orang tidak tahu, lalu menimbulkan intepretasi. Yang dibicarakan tentang itulah, inilah. Kan yang tahu cuma berdua. Karena memang berbagai interpretasi itu muncul, Pak SBY barangkali ingin mengklarifikasi kepada tujuh jenderal ini," jawabnya.
Dari ketujuh jenderal yang diundang itu, jelasnya, hanya satu yang seangkatan dengan dia di AKABRI 1971, yaitu Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy. Tapi secara keseluruhan, sambungnya, tujuh jenderal itu bekerja di perusahaan milik Luhut Panjaitan, PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA).
Kenapa Anda tidak diundang, toh salah satu di antara mereka ada yang angkatan 1971?
"Ya ada satu. Tapi dia kan grup Pak Luhut. Bekerja di perusahaan Pak Luhut. Mengapa mereka (diundang)? Karena Pak Luhut mewakili rekan-rekan di angkatan 70 dulu saat pertemuan di Balai Kartini menyampaikan itu. Jadi begitu," tandas jenderal Tarto, begitu ia akrab disapa.
[zul]
BERITA TERKAIT: