.“Ini gara-gara BUMN,†ujar Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmao. “Gara-gara banyak proyek ditangani BUMN, jarang hujan di sini,†tambahnya. Saya baru tertawa lebar setelah Pak Xanana meneruskan kata-katanya. “Rupanya mereka pada membawa pawang hujan ke sini. Agar proyeknya cepat selesai,†katanya. Setelah saya tertawa panjang, rupanya beliau masih belum kehabisan stok humor. “Lain kali pawangnya harus lebih pintar ya. Yang dibuat tidak hujan cukup beberapa meter di lokasi proyek saja,†katanya.
BUMN rupanya sangat terkenal di Timor Leste, negeri yang baru berumur 10 tahun sejak lepas dari Indonesia. Kini banyak sekali proyek infrastruktur yang tender internasionalnya dimenangkan oleh BUMN seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika dan PT PP (Persero) Tbk.
Sore itu, Kamis lalu, begitu mendarat di Dili dengan peÂsawat BUMN Merpati NuÂsanÂtara, dan setelah diterima PM Xanana, saya langsung ke TaÂman Makam Pahlawan SeÂroÂja. Di situ saya merenungkan jasa dan pengorbanan para pahÂlawan yang jumlahnya lebih 3.000 orang itu. Di situ saya meneguhkan tekad bahÂwa pengorbanan mereka tidak boleh sia-sia.
Tujuan mereka dulu adalah untuk membangun jajahan Portugal itu agar tidak terus-meÂnerus menderita. Tujuan itu kini bisa diamanatkan unÂtuk diteruskan oleh BUMN: ikut membangun Timor Leste secara ekonomi. Maka teÂman-teman BUMN bertekad untuk terus aktif meÂmeÂnangÂkan berÂbagai macam tender proyek di sana.
Tender jembatan besar meÂnuju Bandara Komoro diÂmeÂnangkan oleh Wika. DemiÂkiÂan juga beberapa proyek jalan. Gedung baru kemenÂterian keÂuangan yang 12 lanÂtai di daÂlam kota Dili diÂmeÂnangkan oleh PP. Nilai proÂyek ini menÂcapai Rp 250 miÂliar. PP juga masih mengikuti beberaÂpa tender internasional lainnya.
Pukul enam pagi, ketika matahari belum terbit, saya sudah berada di lokasi proyek ini. TeÂman-teman PP yang masih sangat muda-muda berada di sini memÂpertaruhkan nama IndoÂneÂsia. Mereka bekerja keras untuk meÂnyelesaikan proyek dengan konÂdisi yang amat berbeda deÂngan di Indonesia. Hukumnya, adatÂnya, aturannya, kontraknya, dan seteÂrusnya. Tapi dari diskusi deÂngan para pimÂpinan poyek pagi itu, di bawah pimpinan Robin HaÂsiÂhoÂlan yang lulusan Fakultas TekÂnik Sipil USU Medan, saya memÂperoleh kesan bahwa mereÂka saÂngat mampu.
Robin memang contoh sistem rekrutmen yang tepat di PP. Dia suÂdah “diijon†oleh PP sejak maÂsih semester tujuh. Diberi beÂaÂsiswa dan diamati sampai lulus. SeÂtelah itu dimasukkan ke “UniÂversitas PP†enam bulan, lalu diÂterjunkan ke proyek dengan suÂpervisi seniornya. Kini dia sudah diÂpercaya menangani proyek penting di Dili.
Tentu Banyak sekali kendala yang mereka hadapi. Namun meÂreka bertekad untuk menguasai keadaan. Penguasaan itu amat penting untuk menentukan langÂkah di proyek-proyek berikutnya. Kemampuan menguasai keadaan itulah yang menjadi  keunggulan teman-teman BUMN sehingga hampir selalu bisa mengalahkan peserta tender dari Portugal, SpaÂnyol, Inggris, Jepang, dan Korea. “Saingan berat kami bukan meÂreka. Saingan berat kami sesama BUMN,†ujar Robin.
Teman-teman Wika juga meÂngakui itu. “Pesaing terberat kami adalah sesama anak buah Bapak,†ujar teman dari Wika. Setelah dari proyek PP, saya beruntung pagi itu bisa ikut senam Taiso bersama teman-teman Wika. Mereka meÂmang mempunyai prosedur tetap sebelum memulai pekerjaan haÂrus melakukan Taiso lebih dulu seÂkitar 10 menit.
Saya pun minta agar jangan meÂnularkan kebiasaan nyogok unÂtuk memenangkan tender di sini. Di dalam negeri pun saya suÂdah menegaskan agar BUMN meÂngakhiri kebiasaan nyogok di masa lalu. Tidak mendapatkan proÂyek dari APBN ya sudah. Cari peÂluang lain. Karena itu baÂnyak BUMN kini meÂngemÂbangkan proÂyek sendiri sebagai proÂyek inÂvestasi. Atau proyek seÂsama BUMN.
Bahkan dengan berkembangÂnya proyek di luar negeri, andalan hanya mengejar proyek APBN bisa dikurangi. BUMN sudah berÂtekad untuk tidak ikut tender proyek APBN yang nilainya di baÂwah Rp 25 miliar. Biarlah proÂyek-peoyek tersebut dikerjakan kontraktor swasta yang lebih kecil. Presiden SBY menyambut baik tekad BUMN tersebut sebÂaÂgai upaya untuk pemerataan, seÂbagaimana dikemukakan  beliau dalam forum HIPMI di Bali beÂberapa waktu lalu.
“Di sini sama sekali tidak ada keperluan untuk nyogok, Pakâ€, ujar Robin Hasiholan. “Juga tidak ada pungutan apa pun di luar kontrak,†tambahnya. Ini, kataÂnya, karena semua tender proyek besar di Timor Leste mengÂguÂnaÂkan standar tender internasional.
Wika pun, yang kini amat bangÂga karena menjadi BUMN karya yang terbesar (tiga BUMN karya dijadikan satu pun belum bisa mengalahkan Wika), kian menonjol kemampuannya. TeÂman-teman yang mengerjakan proÂyek di Timor Leste itu, miÂsalÂnya, banyak yang alumni proyek Aljazair. Wika memang baru saja selesai mengerjakan proyek jalan tol sepanjang 400 km di Aljazair. Statusnya memang masih sub kontraktor, tapi namanya sudah terkenal di sana.
Investasi reputasi itu memÂbuahÂkan hasil. Wika tahun ini mulai menjadi kontraktor utama di sana dengan proyek hampir Rp 1 triliun. Yakni proyek apartemen di kota Constantinopel, kota keÂdua terbesar di Aljazair.
Wika juga sangat serius masuk ke proyek-proyek minyak dan gas yang sampai saat ini masih dikuasai kontraktor asing. Tahun lalu mulai dipercaya beberapa peÂrusahaan minyak asing di IndoÂnesia untuk menjadi kontraktor EPC mereka.
Tentu saja saya ke Dili tidak hanya untuk itu. Yang utama adaÂlah untuk menghadiri mulai berÂoperasinya layanan telepon seluÂler dari BUMN di sana. PT TelÂkom (Persero) Tbk melalui anak perusahaannya, PT Telkom InterÂnaÂsional (Telin), juga memeÂnangÂkan tender internasional untuk meÂnangani telekomunikasi nirÂkabel di Timor Leste. Selama ini laÂyanan telepon selular di Timor Leste ditangani oleh perusahaan dari Portugal dan Australia.
Mulai minggu lalu Telkom datang! Telkom membawa nama Telkomcel (menggunakan C) unÂtuk membedakan dengan TelÂkomÂsel yang ada di Indonesia. Nama pimpinan Telkomcel di sana pun, diganti oleh teman-teÂmannya menjadi Dedi Cuherman.
Sambutan untuk Telkomcel memang mendadak dahsyat. Hari pertama saja langsung  terdaftar 23.000 pelanggan. Kehadiran Telkomcel di Timor Leste meÂmang sudah lama dinanti. Antara lain karena tarif telepon selular di sana selama ini kelewat mahal untuk untuk masyarakat setemÂpat, apalagi kalau dibandingkan dengan tarif di Indonesia.
Bagi Telkomcel, hari pertama 23.000 pelanggan itu sangat isÂtimewa. Sebab dengan tarif yang lebih mahal dari di Indonesia (mesÂki sudah jauh lebih murah dari operator lain di Timor Leste), jumlah pelanggan itu sama nilainya dengan memiliki 75.000 pelanggan di Indonesia.
Direksi PT Telkom, di bawah pimÂpinan Dirut Arief Yahya, meÂmang menunjukkan kemajuan yang besar. Laba Telkom Group naik lebih satu triliun rupiah tahun 2012. Menjadi Rp 12 triliun lebih. Padahal perusahaan teleÂkomunikasi sedang berada dalam persaingan yang amat ketat. Terutama dalam banting-memÂbanting tarif.
PT Telkom sendiri, yang tahun-tahun lalu rugi (bisa untung kaÂrena didongkrak anak peÂruÂsaÂhaannya, Telkomsel), tahun lalu suÂdah tidak rugi lagi. Anak peruÂsahaan kini tidak lagi selalu meÂngejek induknya. Dan harga saÂham Telkom terus melejit.
Tentu saya juga mengunjungi teÂman-teman Merpati dan Bank Mandiri di Dili. Merpati amat poÂpuler di sana. Apalagi Bank ManÂdiri. Bukan main ramainya kantor Bank Mandiri di Dili. Nasabah yang antre sangat banyak. PadaÂhal sudah sore hari. Kalau pagi, kata nasabah di situ, ramainya tidak karu-karuan. Gedung tiga lantai itu sangat seÂsak. Untung orang di sana terÂlalu mencintai Bank Mandiri, seÂhingga masih sabar menghaÂdapi layanan seperti itu. Tentu peÂruÂbaÂhan harus segera dilakukan.
Bank Mandiri memang menÂjadi bank yang terbesar di Timor Leste. Mmang ada dua lagi bank asing, tapi jauh tertinggal dari Bank Mandiri. Kalau dalam skala 1 sampai 10, Bank Mandiri di skaÂla 10, sedang bank dari AusÂtraÂlia di skala 6 dan bank dari Portugal di skala 5. Tapi Bank Mandiri tidak boleh lengah dan merasa besar sendiri. Bank-bank asing tersebut suÂdah mulai membuka kantor di distrik-distrik di luar Dili. SeÂdang Bank Mandiri tetap saja baru punya kantor di Dili.
Kini Bank Mandiri sudah punya teman Telkomcel. KeÂperluan teknologi inforÂmasi dan komunikasi (ITC) untuk membuka jaringan kantor di luar Dili akan lebih mudah. Karena itu, malam itu, dalam acara peresmian Telkomcel yang dihadiri Perdana MenÂteri Xanana dan sejumlah menÂterinya, Bank Mandiri langÂsung mengikat kesÂeÂpaÂkaÂtan untuk bekerja sama di sana.
Sebagai bank yang posisiÂnya sudah sangat besar dan begitu dicintai masyarakat di sana, tidak sulit bagi Bank Mandiri untuk membuat posiÂsinya tetap sulit dikejar.
Itu artinya, amanat para pahlawan di TMP Seroja Dili akan bisa ditunaikan dengan baik oleh BUMN.
Penulis adalah Menteri Negara BUMN
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: