MANUFACTURING HOPE 61

Taiso Dan Amanat Pahlawan Seroja

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dahlan-iskan-5'>DAHLAN ISKAN</a>
OLEH: DAHLAN ISKAN
  • Senin, 21 Januari 2013, 09:12 WIB
Taiso Dan Amanat Pahlawan Seroja
Dahlan Iskan
rmol news logo .“Ini gara-gara BUMN,” ujar Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmao. “Gara-gara banyak proyek ditangani BUMN, jarang hujan di sini,” tambahnya.

Saya baru tertawa lebar setelah Pak Xanana meneruskan kata-katanya. “Rupanya mereka pada membawa pawang hujan ke sini. Agar proyeknya cepat selesai,” katanya. Setelah saya tertawa panjang, rupanya beliau masih belum kehabisan stok humor. “Lain kali pawangnya harus lebih pintar ya. Yang dibuat tidak hujan cukup beberapa meter di lokasi proyek saja,” katanya.

BUMN rupanya sangat terkenal di Timor Leste, negeri yang baru berumur 10 tahun sejak lepas dari Indonesia. Kini banyak sekali proyek infrastruktur yang tender internasionalnya dimenangkan oleh BUMN seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika dan PT PP (Persero) Tbk.

Sore itu, Kamis lalu, begitu mendarat di Dili dengan pe­sawat BUMN Merpati Nu­san­tara, dan setelah diterima PM Xanana, saya langsung ke Ta­man Makam Pahlawan Se­ro­ja. Di situ saya merenungkan jasa dan pengorbanan para pah­lawan yang jumlahnya lebih 3.000 orang itu. Di situ saya meneguhkan tekad bah­wa pengorbanan mereka tidak boleh sia-sia.

Tujuan mereka dulu adalah untuk membangun jajahan Portugal itu agar tidak terus-me­nerus menderita. Tujuan itu kini bisa diamanatkan un­tuk diteruskan oleh BUMN: ikut membangun Timor Leste secara ekonomi. Maka te­man-teman BUMN bertekad untuk terus aktif me­me­nang­kan ber­bagai macam tender proyek di sana.

Tender jembatan besar me­nuju Bandara Komoro di­me­nangkan oleh Wika. Demi­ki­an juga beberapa proyek jalan. Gedung baru kemen­terian ke­uangan yang 12 lan­tai di da­lam kota Dili di­me­nangkan oleh PP. Nilai pro­yek ini men­capai Rp 250 mi­liar. PP juga masih mengikuti bebera­pa tender internasional lainnya.

Pukul enam pagi, ketika matahari belum terbit, saya sudah berada di lokasi proyek ini. Te­man-teman PP yang masih sangat muda-muda berada di sini mem­pertaruhkan nama Indo­ne­sia. Mereka bekerja keras untuk me­nyelesaikan proyek dengan kon­disi yang amat berbeda de­ngan di Indonesia. Hukumnya, adat­nya, aturannya, kontraknya, dan sete­rusnya. Tapi dari diskusi de­ngan para pim­pinan poyek pagi itu, di bawah pimpinan Robin Ha­si­ho­lan yang lulusan Fakultas Tek­nik Sipil USU Medan, saya mem­peroleh kesan bahwa mere­ka sa­ngat mampu.

Robin memang contoh sistem rekrutmen yang tepat di PP. Dia su­dah “diijon” oleh PP sejak ma­sih semester tujuh. Diberi be­a­siswa dan diamati sampai lulus. Se­telah itu dimasukkan ke “Uni­versitas PP” enam bulan, lalu di­terjunkan ke proyek  dengan su­pervisi seniornya. Kini dia sudah di­percaya menangani proyek penting di Dili.

Tentu Banyak sekali kendala yang mereka hadapi. Namun me­reka bertekad untuk menguasai keadaan. Penguasaan itu amat penting untuk menentukan lang­kah di proyek-proyek berikutnya. Kemampuan menguasai keadaan itulah yang menjadi  keunggulan teman-teman BUMN sehingga hampir selalu bisa mengalahkan peserta tender dari Portugal, Spa­nyol, Inggris, Jepang, dan Korea. “Saingan berat kami bukan me­reka. Saingan berat kami sesama BUMN,” ujar Robin.

Teman-teman Wika juga me­ngakui itu. “Pesaing terberat kami adalah sesama anak buah Bapak,” ujar teman dari Wika. Setelah dari proyek PP, saya beruntung pagi itu bisa ikut senam Taiso bersama teman-teman Wika. Mereka me­mang mempunyai prosedur tetap sebelum memulai pekerjaan ha­rus melakukan Taiso lebih dulu se­kitar 10 menit.

Saya pun minta agar jangan me­nularkan kebiasaan nyogok un­tuk memenangkan tender di sini. Di dalam negeri pun saya su­dah menegaskan agar BUMN me­ngakhiri kebiasaan nyogok di masa lalu. Tidak mendapatkan pro­yek dari APBN ya sudah. Cari pe­luang lain. Karena itu ba­nyak BUMN kini me­ngem­bangkan pro­yek sendiri sebagai pro­yek in­vestasi. Atau proyek se­sama BUMN.

Bahkan dengan berkembang­nya proyek di luar negeri, andalan hanya mengejar proyek APBN bisa dikurangi. BUMN sudah ber­tekad untuk tidak ikut tender proyek APBN yang nilainya di ba­wah Rp 25 miliar. Biarlah pro­yek-peoyek tersebut dikerjakan kontraktor swasta yang lebih kecil. Presiden SBY menyambut baik tekad BUMN tersebut seb­a­gai upaya untuk pemerataan, se­bagaimana dikemukakan  beliau dalam forum HIPMI di Bali be­berapa waktu lalu.

“Di sini sama sekali tidak ada keperluan untuk nyogok, Pak”, ujar Robin Hasiholan. “Juga tidak ada pungutan apa pun di luar kontrak,” tambahnya. Ini, kata­nya, karena semua tender proyek besar di Timor Leste meng­gu­na­kan standar tender internasional.

Wika pun, yang kini amat bang­ga karena menjadi BUMN karya yang terbesar (tiga BUMN karya dijadikan satu pun belum bisa mengalahkan Wika), kian menonjol kemampuannya. Te­man-teman yang mengerjakan pro­yek di Timor Leste itu, mi­sal­nya, banyak yang alumni proyek Aljazair. Wika memang baru saja selesai mengerjakan proyek jalan tol sepanjang 400 km di Aljazair. Statusnya memang masih sub kontraktor, tapi namanya sudah terkenal di sana.

Investasi reputasi itu mem­buah­kan hasil. Wika tahun ini mulai menjadi kontraktor utama di sana dengan proyek hampir Rp 1 triliun. Yakni proyek apartemen di kota Constantinopel, kota ke­dua terbesar di Aljazair.

Wika juga sangat serius masuk ke proyek-proyek minyak dan gas yang sampai saat ini masih dikuasai kontraktor asing. Tahun lalu mulai dipercaya beberapa pe­rusahaan minyak asing di Indo­nesia untuk menjadi kontraktor EPC mereka.

Tentu saja saya ke Dili tidak hanya untuk itu. Yang utama ada­lah untuk menghadiri mulai ber­operasinya layanan telepon selu­ler dari BUMN di sana. PT Tel­kom (Persero) Tbk melalui anak perusahaannya, PT Telkom Inter­na­sional (Telin), juga meme­nang­kan tender internasional untuk me­nangani telekomunikasi nir­kabel di Timor Leste. Selama ini la­yanan telepon selular di Timor Leste ditangani oleh perusahaan dari Portugal dan Australia.

Mulai minggu lalu Telkom datang! Telkom membawa nama Telkomcel (menggunakan C) un­tuk membedakan dengan Tel­kom­sel yang ada di Indonesia. Nama pimpinan Telkomcel di sana pun, diganti oleh teman-te­mannya menjadi Dedi Cuherman.

Sambutan untuk Telkomcel memang mendadak dahsyat. Hari pertama saja langsung  terdaftar 23.000 pelanggan. Kehadiran Telkomcel di Timor Leste me­mang sudah lama dinanti. Antara lain karena tarif telepon selular di sana selama ini kelewat mahal untuk untuk masyarakat setem­pat, apalagi kalau dibandingkan dengan tarif di Indonesia.

Bagi Telkomcel, hari pertama 23.000 pelanggan itu sangat is­timewa. Sebab dengan tarif yang lebih mahal dari di Indonesia (mes­ki sudah jauh lebih murah dari operator lain di Timor Leste), jumlah pelanggan itu sama nilainya dengan memiliki 75.000 pelanggan di Indonesia.

Direksi PT Telkom, di bawah pim­pinan Dirut Arief Yahya, me­mang menunjukkan kemajuan yang besar. Laba Telkom Group naik lebih satu triliun rupiah tahun 2012. Menjadi Rp 12 triliun lebih. Padahal perusahaan tele­komunikasi sedang berada dalam persaingan yang amat ketat. Terutama dalam banting-mem­banting tarif.

PT Telkom sendiri, yang tahun-tahun lalu rugi (bisa untung ka­rena didongkrak anak pe­ru­sa­haannya, Telkomsel), tahun lalu su­dah tidak rugi lagi. Anak peru­sahaan kini tidak lagi selalu me­ngejek induknya. Dan harga sa­ham Telkom terus melejit.

Tentu saya juga mengunjungi te­man-teman Merpati dan Bank Mandiri di Dili. Merpati amat po­puler di sana. Apalagi Bank Man­diri. Bukan main ramainya kantor Bank Mandiri di Dili. Nasabah yang antre sangat banyak. Pada­hal sudah sore hari. Kalau pagi, kata nasabah di situ, ramainya tidak karu-karuan. Gedung tiga lantai itu sangat se­sak. Untung orang di sana ter­lalu mencintai Bank Mandiri, se­hingga masih sabar mengha­dapi layanan seperti itu. Tentu pe­ru­ba­han harus segera dilakukan.

Bank Mandiri memang men­jadi bank yang terbesar di Timor Leste. Mmang ada dua lagi bank asing, tapi jauh tertinggal dari Bank Mandiri. Kalau dalam skala 1 sampai 10, Bank Mandiri di ska­la 10, sedang bank dari Aus­tra­lia di skala 6 dan bank dari Portugal di skala 5. Tapi Bank Mandiri tidak boleh lengah dan merasa besar sendiri. Bank-bank asing tersebut su­dah mulai membuka kantor di distrik-distrik di luar Dili. Se­dang Bank Mandiri tetap saja baru punya kantor di Dili.

Kini Bank Mandiri sudah punya teman Telkomcel. Ke­perluan teknologi infor­masi dan komunikasi (ITC) untuk membuka jaringan kantor di luar Dili akan lebih mudah. Karena itu, malam itu, dalam acara peresmian Telkomcel yang dihadiri Perdana Men­teri Xanana dan sejumlah men­terinya, Bank Mandiri lang­sung mengikat kes­e­pa­ka­tan untuk bekerja sama di sana.

Sebagai bank yang posisi­nya sudah sangat besar dan begitu dicintai masyarakat di sana, tidak sulit bagi Bank Mandiri untuk membuat posi­sinya tetap sulit dikejar.

Itu artinya, amanat para pahlawan di TMP Seroja Dili akan bisa ditunaikan dengan baik oleh BUMN.

Penulis adalah Menteri Negara BUMN

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA