"Dalam berpolitik, kita harus pintar membaca situasi, membaca perangai orang lain, menyesuaikan diri dan tentunya tidak boleh lugu. Semakin tinggi aspirasi kita, semakin gila cara-cara yang digunakan oleh lawan politik kita untuk menjatuhkan kredibilitas kita." Begitu antara lain tulis Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam akun Facebook miliknya, kemarin (Kamis, 30/8). Pernyataan tersebut adalah jawaban Prabowo atas isi selabaran yang mengaitkan keterlibatan dirinya dalam peristiwa 1998 dengan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama alias Ahok. Selebaran itu ditemukan di sejumlah titik di Jakarta, seperti Pasar Minggu dan Bendungan Hilir.
Sampai kini belum diketahui pasti pihak mana yang membuat selebaran itu. Sejumlah analisa yang berkembang di masyarakat mengatakan ada tiga pihak yang mungkin membuat selebaran itu.
Pihak pertama adalah kubu atau simpatisan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan Fauzi Bowo dengan maksud ingin memojokkan kubu lawan.
Pihak kedua adalah kubu atau simpatisan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan Joko Widodo dengan maksud menciptakan kesan dizalimi.
Sementara pihak ketiga, adalah pihak yang tidak terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan proses pemilihan gubernur DKI Jakarta, tetapi ingin mendapatkan keuntungan langsung atau tidak langsung, material atau non material.
Sementara itu, berikut ini adalah kutipan lengkap pernyataan Prabowo Subianto itu:
Sahabat, berpolitik adalah salah satu cara paling efektif untuk memperbaiki nasib bangsa. Kredibilitas adalah modal terbesar dalam berpolitik.
Dalam berpolitik, kita harus pintar membaca situasi, membaca perangai orang lain, menyesuaikan diri dan tentunya tidak boleh lugu. Semakin tinggi aspirasi kita, semakin gila cara-cara yang digunakan oleh lawan politik kita untuk menjatuhkan kredibilitas kita.
Pemilukada DKI Jakarta tanggal 20 September 2012 ini adalah momentum kita. Jika kita berhasil, maka momentum perubahan ada di tangan kita. Oleh sebab itu, saat ini antek-antek koruptor, anggota tim 'nasi bungkus' sedang bersatu, dan bekerja keras melancarkan fitnah terhadap kredibilitas Jokowi dan Basuki, kredibilitas saya dan kredibilitas Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Salah satu fitnah yang sekarang beredar adalah fitnah mengenai jejak rekam saya selama mengabdi sebagai prajurit TNI.
Nama saya, Subianto, diambil dari nama paman saya yang gugur saat pertempuran Lengkong tahun 1946 melawan Belanda. Saya pun memilih menjadi tentara, karena saya ingin membela merah putih. Selama saya mengabdi, semua tindakan saya, keputusan saya, didasarkan pada sebuah keyakinan: Keutuhan, keamanan NKRI adalah harga mati. Lebih baik pulang nama, daripada gagal dalam tugas.
Selama saya mengabdi, tidak pernah terbesit sedikitpun, ada keinginan pribadi saya untuk mengkhianati merah putih. Salam Indonesia Raya. [dem]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: