Mantan Ketum Golkar, Jusuf Kalla dan sesepuh lain, Ginanjar Kartasasmita, secara langsung meminta keran demokrasi di partai dibuka seluasnya. Aburizal alias Ical diminta mendengarkan masukan dari kader-kader lain dan tidak mau mendengarkan ocehan kelompok 'Asal Bapak Senang".
Pernyataan terbuka JK dan Ginanjar yang menyentil proses demokratisasi yang minim di Golkar mendapat apresiasi karena otokritik di internal Golkar terkesan kurang hidup dan banyak pengurus yang takut berbeda sikap.
"Kalau JK mengoreksi kurangnya demokrasi di Golkar di era Ical, dia pun sekaligus memperagakan sebuah demokrasi dengan keberanian mengoreksi hal tersebut secara terbuka," kata politisi senior Golkar, Zainal Bintang, menanggapi kritik sesepuh itu, dalam pesan elektronik ke
Rakyat Merdeka Online, Rabu petang (1/8).
Menurut mantan Ketua DPP Golkar itu, di era JK pengurus Golkar bebas bersifat kritis, tapi objektif dan proporsional serta santun.
"Soalnya JK dan Ginanjar tidak punya ketergantungan pada Ical. Mereka tidak punya kepentingan politik," ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR itu.
Bintang menilai situasi internal partai saat ini kurang menguntungkan kepemimpinan Ical ke depan, karena hanya menci ptakan loyalis semu, orientasinya jangka pendek.
"Sindiran sesepuh itu harusnya membangun keberanian berpendapat. Koreksi positif untuk kebaikan Golkar," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: