"Sehingga, interaksi dari berbagai etnis dan budaya ini akan melemahkan warga DKI Jakarta untuk mengangkat isu-isu primodialisme, dan sejarahnya di DKI Jakarta. Sudah ratusan tahun Jakarta tidak hanya ditinggali orang Betawi, tapi sudah banyak suku lain yang tinggal di Jakara ini," kata Dosen Filsafat dan Teori Psikologi Kepribadian Fakultas Psikologi UI, Bagus Takwin, dalam diskusi 'Makna Pilukada Jakarta', di ruang Pressroom DPD, komplek Parlemen Senayan, Jakarta, (Jumat, 20/7).
Dia mengemukakan, masyarakat Jakarta yang kosmopolitan dan majemuk berbeda dengan masyarakat Papua. Dimana, di Jakarta semua lapisan masyarakat menikmati pembangunan, namun di Papua yang lebih menikmati masyarakat pendatang.
"Jika masyarakat pendatang di Papua diberi kesempatan untuk menjadi Gubernur atau Walikota/Bupati maka pendatang akan memenangi Pemlikuda di Papua, dan ini sangat tidak adil. Berbeda dengan di Jakarta," ujar Bagus.
BERITA TERKAIT: