Jakarta Policy Centre: Rakyat Membutuhkan Sentuhan Orisinil Pemimpin

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Minggu, 15 Juli 2012, 13:21 WIB
Jakarta Policy Centre: Rakyat Membutuhkan Sentuhan Orisinil Pemimpin
rmol news logo Fauzi Bowo dan Joko Widodo mewakili dua model karakter dan gaya kepemimpinan yang berbeda. Siapa diantara mereka yang pada akhirnya akan menang dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tidak ditentukan oleh karakter dan gaya kepemimpinan itu, melainkan ditentukan oleh kebutuhan masyarakat Jakarta.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Jakarta Policy Centre (JPC), Yahya Habib, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online, Minggu siang (15/7).

Menurut Yahya Habib yang juga salah seorang Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu Indonesia secara umum sedang berada sebuah fase menuju demokrasi Pancasila yang asli. Dimana rakyat yang rasional yang akan menentukan pemimpin mereka. Bukan pihak lain.

Hal itu dapat dilihat dari putaran pertama pilkada DKI Jakarta. Pemilih ternyata tidak mau disetir begitu saja oleh hasil survei lembaga riset politik.

"‎Hasil survei rontok dan tak berpengaruh jika dibandingkan dengan suara masyarakat yang terkonsolidasi secara alamiah untuk menentukan pemimpin pilihan mereka. Mau satu putaran, dua putaran atau berputar-putar tak ada yang bisa membendung hukum alam yang berkoalisi dengan suara Rakyat," ujar Yahya Habib.

Menurutnya, segmentasi inilah yang harus dibidik oleh lembaga riset politik. Bukan sekadar menang dan kalah.

"Rakyat butuh sentuhan orisinil pemimpinnya saat ini. Ada kerinduan akan figur yang bisa hadir egaliter setiap saat dan di ruang rakyat tanpa batas," sambung Wakil Sekretaris Jenderal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini lagi.

Yahya Habib juga meminta agar kedua kandidat tidak menggunakan isu SARA. Dia yakin, isu SARA tidak akan berarti apapun, karena yang dibutuhkan rakyat Jakarta adalah tindakan nyata.

Dia juga memperkirakan jumlah golongan putih (golput) yang relatif tinggi pada putaran pertama lalu akan berkurang. Telah terjadi pergeseran sikap di tengah masyarakat. Kelompoksilent majority yang rasional kini sedang bergerak ke arah ikut menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.

"Inilah transisi demokrasi yang sesungguhnya sedang terjadi di Jakarta dan dapat dipastikan akan berpengaruh ke seluruh daerah di Indonesia. Rakyat akan menentukan arahnya sendiri," demikian Yahya Habib. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA