"Saya bangga Kampung Batik mengembangkan budaya batik. Saya lihat di sini, mulai dari tembok-tembok warga, sepatu, pot semua serba dibatik," ucap Hidayat.
Dengan berjalan kaki sejauh 100 meter, Hidayat mengunjungi toko Batik Euis. Di sana, ia dan istri melihat koleksi batik asal Solo, Yogyakarta dan Pekalongan.
"Ini batiknya, bagus-bagus bu?" tanya Hidayat kepada pemiliknya, Euis Ahmad (56).
Hidayat kemudian melanjutkan perjalanan ke sanggar batik Setapak yang dimiliki Ade Santoso. Di sana dia dan istri belajar membatik dengan motif batik Monas. Dengan bermodalkan canting, kompor minyak dan bahan dasar batik 'malam', Hidayat belajar membatik. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah mewakafkan Batik Beresin Jakarta sebagai tanda cinta kepada warga ibukota.
"Saya apresiasi yang telah menghadirkan kampung batik ini. Nanti kampung batik ini akan kita jadikan UKM, ciri khas warga jakarta," kata Hidayat.
Pemilik sanggar, Ade Lalu mengatakan inisiatif warga sekitar untuk membuat daerah itu menjadi Kampung Batik. Mereka juga membatik sepatu, pot dan kain untuk dipasarkan kembali. Anak-anak kecil juga dapat kursus membatik di tempat itu secara gratis. Walau kampung tersebut sudah dikenal masyarakat, aku Ade, namun pihak Pemprov DKI belum melirik tempat tersebut sebagai salah satu tujuan pariwisata.
[dem]
BERITA TERKAIT: