"Berdasarkan penelitian kali ini, punden berundak yang dipandang sebagai teknologi yang sederhana, dimana batu ditumpuk dengan sekedarnya ternyata tidak demikian. Bebatuan di sini susunanya teratur," terang Ketua Tim Arkeologi, Dr. Ali Akbar sesaat tadi (Minggu, 24/6).
Menurut arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) itu, dalam ilmu kepurbakalaan situs megalitikum Gunung Padang memang dikenal sebagai situs punden berundak, bukan piramida. Ada tangga naik, berteras-teras dengan teras paling atas dianggap sebagai yang paling suci. Sementara kalau piramida bentuk bangunanya segi empat di bagian bawahnya dengan semakin ke atas semakin mengerucut.
"Piramida geometriknya sempurna, sementara kalau gunung padang ini irisannya atau potongannya dari utara ke selatan cuma memanjang. Tapi seperti segitiga. Jadi kalau dilihat dari satu sisi memang seperti piramida," jelas dia.
Dijelaskan dia, situs Gunung Padang sendiri sudah ditemukan masyarakat sekitar tahun 1914, dan sudah diteliti cukup intensif oleh para peneliti tahun 1979. Tapi konsenterasi penelitian hanya pada tangga naik sebalah utara dan teras 1,2,3,4 dan 5.
Sementara penelitian di bawah koordinasi Tim Terpadu yang dipimpin Dr. Danny Hilman yang dilakukan sejak Rabu kemarin dilakukan pada dua hal; pertama pada teras 1-5 dan disekelilingnya. Dari survei yang dilakukan, kata Ali, ditemukan adanya ruang di bagian perut gunung. Ruang ini berukuran panjang 10 x 10 x 10 meter.
"Ada teras-teras seperti lantai dengan tinggi 1,5 meter, lalu dindingnya turun dengan ketinggian 1,5 meter. Sedikitnya ada 20 buah. Artinya yang selama ini diketahui masyarakat tentang situs Gunung Padang baru bagian atasnya saja," imbuh dia.
"Kita sekarang menemukan bagian samping-sampingnya. Jadi situs ini besar sekali,' tandasnya.
[dem]
BERITA TERKAIT: