Pandangan itu disampaikan pengamat politik senior, Arbi Sanit, menyahut hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang memprediksi Demokrat jatuh ke kelas papan menengah (7,5 persen) pada Pemilu 2014.
Namun, pendapat petinggi Partai Serikat Rakyat Independen itu dibantah oleh pengamat dan aktivis politik, Adhie Massardi.
"Saya kira pandangan Arbi Sanit itu salah," ungkap Adhie kepada
Rakyat Merdeka Online (Selasa, 19/6).
Eks jubir kepresidenan itu setuju dengan pemikiran Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, bahwa salah satu cara untuk menaikkan elektabilitas Demokrat adalah memastikan pemerintahan Presiden SBY, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, terus meningkatkan kinerja sehingga bisa meningkatkan tingkat kepuasan rakyat.
Adhie mengutarakan argumentasinya. Pertama, periode kedua SBY ini diwarnai banyak sekali skandal korupsi raksasa seperti Centurygate, kasus Antasari Azhar, juga semakin memburuknya perekonomian rakyat.
"Ada korelasi antara kinerja pemerintah dengan citra Demokrat yang makin buruk. Kasus korupsi Nazaruddin itu cuma pintu masuk saja. Pemerintah sudah buruk tapi juga korup," ucapnya.
Tidak cuma kejahatan korupsi yang lebih mewabah, kegagalan SBY-Boediono juga terlihat jelas di sektor kesejahteraan rakyat dan maraknya konflik sektarian, hingga kehilangan rasa aman.
"Dengan demikian apa yang diungkapkan Anas itu fakta politik karena kalau pemerintah bisa sejahterakan lebih banyak orang, partai pemerintah pasti akan naik citranya," tambah Anas.
Namun dia mengingatkan, rakyat Indonesia amat permisif bahkan pelupa terhadap skandal korupsi elit negara.
"Karena itu partai lain yang sama korupnya dengan Demokrat masih bisa berkuasa sampai sekarang. Berarti, kenapa Demokrat anjlok? Karena pemerintah ini bukan saja korup, tapi juga gagal di sektor lain," tutupnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: