Demikian disampaikan peneliti madya Indonesia Automatic Fingerprint Indentification System (Inafis) Bareskrim Mabes Polri, AKBP Taufik di Rumah Sakit Polri, Rabu, (16/5).
Kendala-kendala yang dialami antara lain data forensik yang belum lengkap dari pihak keluarga. Selain itu, keadaan jenazah yang hancur juga menjadi kendala selanjutnya.
"Identifikasi sidik jari jenazah masih dilakukan, tapi masih kesulitan karen potongan jari dari jenazah masih banyak yang belum lengkap, ada yang jari manis saja, kelingking saja, lima jari kanan saja," ungkapnya.
Sedangkan untuk membantu proses identifikasi selain dna, untuk sidik jari inafis membutuhkan sidik jari korban dalam keadaan lengkap atau 10 jari lengkap.
"Kalau pembanding 10 jari bisa lebih cepat," sambungnya.
Di tempat yang sama, Kabag Penum Boy Rafli Amar mengatakan pihaknya berupaya keras untuk mencapai target, identifikasi selesai dalam dua minggu.
"Target dua minggu akan kita upayakan tetap dipenuhi, insya Allah bisa. Perkembangan dari laboratorium, identifikasi korban sudah 80 persen dikerjakan, sample dr jenazah sudah 25-30 persen. Mudah-mudahan dalam waktu cepat bisa selesai," tutupnya.
[arp]
BERITA TERKAIT: