Demikian dikatakan Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Dunia Islam (PKTTDI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Hery Sucipto, dalam seminar "Arab Springs dan Kebangkitan Politik Syariah" di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (9/5).
Menurutnya, kemenangan gerakan Islam Salafi dengan Partai An-Nour sebesar 25 persen, serta Partai Keadilan dan Kebebasan, sayap politik gerakan Ikhwanul Muslimin sebesar 48 persen di Mesir, menunjukkan politik Islam terbangun dan sedang bangkit.
"Kemenangan itu paling tidak dapat menjelaskan, minimal dalam jangka pendek, awal kebangkitan politik Islam. Namun demikian, kebangkitan itu harus diuji dalam pentas politik kenegaraan," jelas Hery.
Dalam pandangannya, uji sahih dalam bentuk kinerja praktis diperlukan apakah kebangkitan itu benar-benar sesuatu yang sesungguhnya atau karena hanya spontanitas masyarakat yang karena kran keterbukaan, memilih partai-partai Islam.
"Masih butuh waktu untuk itu. Saya melihat, euforia ini menjadi momentum positif apakah Islam kompatibel dengan nilai-nilai demokrasi," lanjutnya.
Sebagai pendatang baru di pentas politik, tambah Hery, kubu Islamis di Mesir harus pandai-pandai memainkan peran dan strategi. Sebab, katanya, kemenangan mereka tidak saja mengejutkan kelompok sekularis dan militer, tapi juga negara-negara Barat sangat tidak enjoy dengan kemenangan tersebut.
Meski demikian, ia berharap, di tangan kelompok Islam, transformasi demokrasi di negara-negara Arab, khususnya Mesir, Tunisia, Maroko dan lainnya, dapat berlangsung lancar. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: