Prof. Akmal Dkk Tak Menolak Jusuf Kalla Cs 'Masuk' Kampus UI

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 01 Mei 2012, 09:42 WIB
Prof. Akmal Dkk Tak Menolak  Jusuf Kalla Cs 'Masuk' Kampus UI
jusuf kalla/ist
RMOL. Sekitar 15 anggota Senat Akademik Universitas, Indonesia Indonesia (SAU-UI) memilih walk out bukan karena menolak nama-nama tertentu menjadi anggota Majelis Wali Amanat UI, dalam pemilihan yang dilangsungkan pada Kamis lalu di kampus tersebut, Depok, Jawa Barat.

"Waktu itu belum ada pemilihan apa-apa, belum mulai. Jadi kenapa kita diberitakan menolak orangnya. Wong pemilihan saja belum kok," jelas Prof. Akmal Taher, salah seorang anggota SAU-UI yang WO, saat dihubungi Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 1/5).

Kamis lalu itu, SAU-UI memilih calon anggota MWA dari unsur masyarakat. Ada 14 calon MWA. Mereka adalah Adnan Buyung Nasution, Alwi Abdurrahman Shihab, Anugrah Pekerti, Arief Rachman, Bagir Manan, Endriartono Sutarto, GKR Hemas, Martha Tilaar. Selain itu, Moh. Mahfudz, M. Jusuf Kalla, Said Agil Siradj, Sandiaga Salahudin Uno, Satryo Soemantri Brodjonegoro, dan Todung Mulya Lubis.

Prof. Akmal melanjutkan, mereka WO karena usul mereka untuk tidak langsung digelar voting dalam menentukan siapa yang jadi anggota MWA ditolak. Mereka mengusulkan anggota MWA yang dipilih itu sesuai dengan kebutuhan Universitas. Makanya, harus didiskusikan terlebih dahulu. "(Misalnya) Ada (MWA) wakil budayawan, wakil dari hukum, wakil pengusaha. Kan, kita pilih dari 6 dari 14 itu," jelasnya.

Secara lebih teknis, mereka mengusulkan, agar ke-14 calon itu dikelompokkan berdasarkan latar belakang. Misalnya, untuk calon yang memiliki background hukum, dipilih tiga orang. Begitu juga untuk bidang lain, seperti pendidikan, agamawan dan pengusaha. Setelah dikelompokkan, baru lah satu nama akan dipilih dari masing-masing kelompok tersebut. "Jadi yang akan terpilih itu yang kita butuhkan. Ada representasi pengusaha, hukum, agamawan. Kalau perlu kita diskusikan dulu mana yang bagus. Ini nggak, maunya langsung voting. Itukan nggak tahu (nanti) hasilnya, bisa ada (sebenarnya kebutuhan) nggak terpilih," ujarnya.

Karena usul ditolak, mereka pun memilih WO. Menurut mereka, partai politik saja masih mengedepankan diskusi baru memilih dengan cara voting bila ternyata buntu. Mestinya, sebagai kelompok intelektual, senat juga tidak terburu-buru menggelar voting. Apalagi dalam tata tertib Senat Akademik UI, yang harus didahulukan dalam menentukan seseorang adalah lewat diskusi, bukan voting.

"Bayangkan di Senat Akademik Univesitas Indonesia, masak tidak ada diskusi intelektual seperti itu. Ini bukan partai politik yang apa-apa di-voting. di DPR saja mereka diskusi sampai tengah malah," kesalnya.

Karena usul mereka tidak diterima voting pun digelar. Hasilnya, dari 14 nama itu, yang terpilih adalah Jusuf Kalla, Anugrah Pekerti, Endriartono Sutarto, Alwi Abdurrahman Shihab, Said Agil Siradj, dan Bagir Manan.

Apa respons dan tanggapan Anda setelah keenam nama itu terpilih?

"Nggak apa-apa. Kita kerja saja lagi. Cuman waktu proses itu, kita harus kasih sikap, gitu loh. Ini kan jadi pembelajaran buat semua orang. Ini akan tercatat bahwa kita nggak setuju proses seperti itu. Bukan berarti kita nggak mau ikut lagi di Senat Akademik. Nggak begitu. Tapi kalau kita nggak bilang, nggak ada orang sangka yang mestinya begitu," jawab Gurubesar Fakultas Kedokteran UI ini. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA