Nyaris semua “rahasia dapur" Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical terungkap ke permukaan. Ketua DPD Golkar Tingkat II Aceh, Muntasir Hamid, adalah salah satu yang berani membuka apa yang disebutnya sebagai "kebohongan" Ical seputar dana abadi Rp 1 trilun ke Golkar manakala Ical terpilih di dalam Munas VII di Pekanbaru Oktober 2009. Selain itu ada juga janji Ical yang belum direalisasi yakni pembangunan kantor DDP Golkar di Slipi, Jakarta menjadi 25 tingkat.
Nyatanya, imbauan untuk membatalkan percepatan Rapimnas itu dicuekin petinggi Golkar yang merasa pe-de.Akhirnya terjadi polemik berkepanjangan bukan sebatas internal Golkar, bahkan para pengamat pun ikut mengecam Ical.
Kabar soal "orang-orang dekat" Ical sebagai perusak partai juga disebar. Di antara mereka yang tertuduh adalah Setya Novanto (Bendara Umum Golkar), Fuad Hasan Masyhur (Ketua DPP), Mahyuddin (Ketua DPP) dan Andi Ahmad Dara alias Adai (Ketua DPP). Ical juga dituduh menyerahkan kendali partai pada segelintir orang dekatnya seperti Ciciep Soetardjo (Korwil Jawa dan Bali), Freddy Latumahina (Korwil Maluku dan Papua) dan Adai (Korwil di Sumatera). Kebijakan Ical tersebut dinilai sebagai tindakan pilih kasih dan membonsai kader potensial di daerah.
Menanggapi serangan terbuka yang cukup keras tersebut terhadap Ical dan DPP Golkar, Ketua DPP Golkar era Jusuf Kalla (2004-2009), Zainal Bintang, yang dihubungi beberapa saat lalu, menyayangkan ketidakmampuan ring satu Golkar menetralisir.
Terkesan yang korban sendirian adalah Ical. Padahal beberapa petinggi seperti Agung Laksono, Theo Sambuaga dan Fadel Muhammad, sudah berusaha meluruskan keadaan namun tampak kurang berhasil. Akibatnya Ical menjadi bulan-bulanan pemberitaan.
"Memang sangat disayangkan ketidakmampuan ring satu Ical menangkis serangan tersebut, sehingga yang jadi korban adalah Ical. Seharusnya serangan terbuka itu jangan dibiarkan, merugikan citra Ical sebagai Capres," kata Bintang.
Ketika ditanya, langkah apa yang harus dilakukan DPP Golkar untuk mengendalikan keadaan, Zainal menolak berkomentar. "Mereka itu kan kader-kader Golkar yang berpengalaman dari periode ke priode," pungkasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: