Pengamat politik senior, Arbi Sanit, juga menganalisa upaya kelompok di internal Golkar yang seolah ingin menjerumuskan Aburizal Bakrie (Ical) dan citra Partai Golkar kepada jurang kekalahan.
"Bisa jadi seperti Jusuf Kalla dulu, didorong untuk melawan SBY. Saat ini mungkin terjadi lagi, ada yang sengaja mendorong Aburizal Bakrie," kata Arbi kepada
Rakyat Merdeka Online, Selasa (24/4).
Kepentingan mereka yang menjorokkan Ical, menurut ahli politik UI itu, tentu saja untuk berbagi kue kekuasaan. Tapi ada juga unsur lain, yaitu tradisi pencapresan di Indonesia didominasi ketua umum paprol.
"Harus orang top di dalam partainya
, top leader. Karena itu harus dijadikan calon presiden. Tradisi itu ada di Indonesia," jelas dia.
Dia tegaskan lagi analisanya, pada Pilpres 2009 Jusuf Kalla sudah buktikan bahwa figur non-Jawa tidak akan mendapat pemilih cukup untuk memenangkan Pilpres. Sedangkan, Aburizal Bakrie sendiri adalah putra daerah Lampung.
"Golkar mau mengulang lagi kesalahan itu, memangnya dia keledai?" sindir Arbi.
Menurut dia, faktor kemampuan seseorang memimpin pemerintahan sebuah negara yang besar dan beraneka ragam bukan jadi hal penting di Indonesia. Justru, faktor kesukuan dan latar belakang lainnya seperti agama, memegang peran besar.
"Sayangnya, tidak ada penelitian yang khusus membuat survei di kalangan suku tertentu, agama tertentu, karena semua hanya menganggap Indonesia satu. Jadi asumsi mengadakan survei selama ini menurut saya tak tepat. Harus ada survei ke suku batak, jawa, dan lainnya," tambah Arbi seraya menyarankan.
[ald]
BERITA TERKAIT: