NASIB PKS

Politik Melodramatik PKS dan Sifat Berayun Golkar Warnai Kalkulasi Rumit SBY

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 07 April 2012, 10:51 WIB
Politik Melodramatik PKS dan Sifat Berayun Golkar Warnai Kalkulasi Rumit SBY
presiden sby/ist
RMOL. Situasi kisruh di Setgab koalisi pendukung pemerintah seharusnya menjadi panggung seutuhnya bagi Presiden Yudhoyono sebagai Ketua Setgab.

Sejauh ini, langkah presiden sudah bertahap dan semua prosedur dilalui. Presiden sudah menemui pengurus DPP Demokrat, lalu bertemu personil Setgab yang membuahkan pemikiran menyingkirkan PKS. Namun hingga kini Presiden belum juga menyampaikan tegas tindakan terhadap PKS.

"Sekarang ini tinggal tunggu langkah presiden. Tapi di pihak lain, ada kalkulasi politik yang amat rumit harus dipikirkan SBY," ucap pengamat politik Universitas Gajah Mada, Ari Dwipayana, dalam acara Polemik Sindo Radio "Koalisi Rasa Oposisi" di Cikini, Jakarta, Sabtu (7/4).

Pertama, bagaimana politik melodramatik yang akan dipakai PKS dengan mendapat simpati besar dari rakyat. PKS akan mengaku dizalimi Setgab dan mendapat reaksi dari masyarakat.

Kedua, risiko politik di parlemen. Tidak ada yang bisa menjamin Partai Golkar akan tetap berada di koalisi pemerintah sampai 2014.

"Golkar masih sangat gampang berayun. Ini yang membuat tidak ada jaminan posisi soliditas koalisi itu bertahan sampai 2,5 tahun ke depan," lanjutnya.

Dia mengamati bahwa dilema PKS sama dengan dilema Golkar. Dengan berada di dalam koalisi, mereka harus yakin betul tidak akan berada di dalam ketika Partai Demokrat. Jika Golkar masih di koalisi tanpa ada posisi tawar, maka Golkar tidak akan membangun pembeda dengan Demokrat.

"Kalkulasi cukup rumit selanjutnya adalah power sharing ke depan. Bagaimana dengan perimbangan kekuatan baru dalam koalisi. Tentu kalau cuma dibagi ke Golkar dan Demokrat tentu akan menimbulkan masalah di partai lain," terang dia.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA