PENAIKAN HARGA BBM

Aneh, Kenapa Subsidi Bunga Obligasi Rekapitalisasi Bank Tak Dipersoalkan?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Minggu, 25 Maret 2012, 15:57 WIB
RMOL. Direktur Eksekutif Komunitas Pengusaha Antisuap Indonesia (Kupas) Edy Mulyadi mengaku heran dan tak habis pikir dengan cara berfikir para pembela kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Mereka, kata Edy, mempersoalkan subsidi BBM sebagai salah sasaran kemudian ngotot mencabut atau mengurangi subsidi dengan cara menaikkan harganya, padahal mereka juga tahu persis dampak kenaikan harga BBM bagi masyarakat luas karena naiknya harga-harga barang dan jasa.

"Pada saat yang sama, mereka (pembela kenaikan harga BBM) sama sekali tidak peduli pada subsidi di APBN sebesar Rp60 triliun sejak tahun 1998 sampai tahun 2040 untuk bunga obligasi rekapitalisasi bank-bank. Bank-bank itu ambruk karena dirampok para pemiliknya atau konglomerat hitam," kata dia kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Minggu, 25/3).

Edy mempertanyakan kenapa mereka yang sibuk membela kenaikan harga BBM tidak mempersoalkan subsidi bunga obligasi rekapitalisasi bank ini. Para pemilik bank pasti sudah sangat kaya raya dan karenanya tidak perlu disubsidi. Bukan hanya itu saja, tambah Edy lagi, mereka adalah penjahat besar yang telah menjerembabkan Indonesia di kubangan krisis moneter yang akibatnya menyusahkan seluruh rakyat.

"Sekali lagi saya mau tanya, kenapa mereka tidak pernah mempersoalkan subsidi obligasi rekap ini? Kenapa? Ada apa? Kenapa mereka justru sibuk mempersoalkan subsidi BBM yang juga dinikmati rakyat kecil?" tanya Edy.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA