Keluh kesah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa dirinya akan dibunuh dan dilengserkan sebelum masa jabatannya berakhir oleh gerakan-gerakan aneh terkait rencana penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menunjukkan bahwa dia tengah berhalusinasi.
Begitu dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Senin, 19/3). Presiden SBY menyampaikan keluh kesah tersebut semalam di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Boni tegaskan, halusinasi itu muncul karena Presiden terjebak dalam kegamangan yang rumit. Disandera oleh mafia ekonomi politik dan dipaksa menaikkan harga BBM oleh mafia Migas di satu sisi, sementara di sisi lain, langkahnya itu mendapatkan perlawanan politik dari masyarakat.
"Akhirnya Presiden pun curhat minta belas kasihan dengan mengaku diteror. Kalau benar (diteror) mengapa tidak dilacak? Kan dia punya mekanisme sekuritas untuk melacak pelaku. Kenapa tidak dipakai? Itu hanya untuk mencari simpati," tegasnya.
Dalam hemat Boni, Presiden SBY tak akan berhasil meraih simpati rakyat sebab rakyat sudah makan garam dengan pola-pola seperti itu. "Nggak bakal berdampak apa-apa, yang ada malah memperkeruh situasi politik," imbuhnya. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: