Pemerintah tidak siap dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dunia. Indikator ketidaksiapan itu terlihat jelas saat pemerintah mengatakan akan membatasi penggunaan BBM bersubsidi, tapi kemudian tiba-tiba berubah menjadi akan menaikkan harga BBM.
"Artinya apa, sekali lagi pemerintah kita gagap dan lamban ketika persoalan sudah harus diambil (keputusannya)," ujar Ketua Umum DPP Partai Nasdem Patrice Rio Capella kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 6/3).
Rio sendiri berpandangan, pemerintah memang tidak bisa menghindar dan harus menaikkan harga BBM karena meroketnya harga minyak dunia di atas asumsi yang telah ditetapkan di APBN. Tapi yang ia sesalkan, ungkapnya lagi, pemerintah lamban dalam mengantisipasinya.
"Harusnya pemerintah sudah membicarakan jauh-jauh hari bahwa harga minyak dunia makin lama makin naik karena dia energi yang tak terbarukan. Artinya, jauh-jauh sebelum ini pemerintah sudah siap mensosialisasikan soal kenaikan harga BBM, tidak seperti ini main jembret, naik," kesal Rio.
Bila pemerintah sudah mengantisipasi dan mensosialisasikannya kepada masyarakat, dia yakin masyarakat tidak akan bingung lagi. Dan pengamat juga tidak akan sibuk menyampaikan komentar yang justru terkadang membuat persoalan jadi simpang siur. Dan akan semakin bagus lagi seandainya sejak awal pemerintah juga sudah menjelaskan apa kompensasi yang akan diberikan kepada rakyat dari kenaikan harga BBM itu.
Tapi Rio dengan tegas menolak bila kompensasinya adalah masih memberikan semacam bantuan langsung tunai (BLT), seperti yang pernah diterapkan sebelumnya. Dia berharap, pemerintah memberikan kompensasi yang manfaatnya bisa dirasakan jangka panjang.
"Misalnya dibangun infrastruktur trans Sumatera, trans Sulawesi, trans Kalimantan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan lebih bagus. Bikin biaya kesehatan murah. Bukan sekadar murah, tapi pelayanan dan kualitas baik. Alihkan juga untuk dana pendidikan. Jangan sampai seperti sekarang ini orang merasa pendidikan mahal, sekolah hancur," beber Rio.
Sementara BLT, masih kata Rio, hanya dirasakan manfaatnya oleh rakyat dalam jangka pendek, paling hanya 3-4 bulan. Dan dana yang diberikan pemerintah itu juga tidak bisa menutupi kebutuhan masyarakat yang harganya lebih mahal.
"(Tapi faktanya pemerintah mencari) yang paling gampang, naikkan saja harga BBM. Kompensasinya juga ingin instan. Dibagikanlah uang itu. Kemudian berwacanalah, bahwa masyarakat miskin punya dampak. Itukan soal wacana. Masyarakat miskin itu (akan merasakan) dampaknya berkepanjangan, bukan 3-4 bulan," tandasnya. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: