Demikian disampaikan Ketua Badan Komunikasi Informasi dan Publikasi PBNU, Sulthan Fatoni, kepada
Rakyat Merdeka Online sesaat lalu. Menurutnya, ponpes yang memikat parpol biasanya ponpes yang mempunyai kapital sosial.
"Tapi kedatangan parpol ke pesantren tersebut seringkali mengalami kegagalan misi karena kapital sosial sebuah pesantren tidak berkorelasi dengan pragmatisme partai politik," jelasnya, Selasa malam (21/2).
Dia tegaskan, kepercayaan masyarakat terhadap ponpes tertentu tidak bisa ditransformasikan menjadi kepercayaan kepada parpol hanya karena parpol berkunjung ke pesantren tersebut. Jaringan budaya yang dimiliki seorang kiai tidak bisa secara otomatis menjadi milik tokoh parpol hanya karena tokoh parpol berkunjung ke kiai bersangkutan.
Wal hasil, kecerdasan masyarakat telah menempatkan ponpes dalam 'ruang khusus' yang sulit dijangkau parpol di Indonesia sepanjang parpol masih berwajah buruk.
"PBNU sama sekali tidak mengkhawatirkan perhelatan parpol di ponpes," tutur Sulthan Fatoni lagi.
Pernyataan petinggi PBNU itu bisa dibilang untuk menjawab langkah Partai Persatuan Pembangunan menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/2) hingga Kamis (23/2). Banyak kalangan mencurigai perhelatan PPP itu punya agenda lain untuk menarik pemilih kalangan NU.
"Jika PPP ingin meraih berkah kapital sosial masyarakat pesantren maka perilaku politiknya harus mampu menjadikan PPP seperti ponpes," jelasnya.
Dia berharap, PPP bisa menjadi etalase keteladanan dan kapitalnya menjadi alat pelayanan umat.
[ald]
BERITA TERKAIT: