Karena itu menurut Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, kebangkitan pemuda harus dimulai dengan dekontruksi sejarah. Tokoh-tokoh bangsa seperti HOS Tjokroaminoto, Tan Malaka, Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, Wahid Hasyim, dalam sejarah harus menggantikan figur-figur lama seperti RA Kartini.
Hal itu dikatakan Syahganda dalam diskusi Kebangsaan Kaum Muda: Peran Kaum Muda dalam Menjaga Nilai-nilai Demokrasi dan Konstitusi yang diselenggarakan Central Gerakan Mahasisa (CGM) di Gallery Kafe, Jakarta Pusat, Senin (30/1).
"Kita harus kembali pada sejarah Indonesia merdeka sebelum pemuda itu menjaga nilai-nilai demokrasi itu. Kita harus memahami transformasi sosial. Kita harus kritis, supaya kita menemukan ruh bangsa ini, apakah Indonesia ini sudah ada atau belum? Atau Indonesia ini hanya perpanjangan Hindia Belanda. Karena kenyataanya struktur dan sistem masih sama dengan penjajah," ujar Syahganda.
Namun permasalahanya, menurut Syahganda, ketika harus berkaca pada sejarah Indonesia, ada 'pembelokan' sejarah yang harus dikaji secara mendalam. Karena itulah menurutnya pemuda harus memahami betul sejarah bangsa Indonesia secara utuh.
"Bangsa ini awalnya, ideologinya islamisme-sosialisme (Pancasila). Budi Utomo yang diusung (sebagai sarana perjuangan) justru tidak melakukan perlawanan. Yang melakukan perlawanan justru Serikat Islam, Tjokroaminoto. Mana perlawanan Budi Utomo? Kalau kita berusaha mendekonstruksikan sejarah akan memahami jati diri bangsa ini. Kita itu bingung kalau peringatan 20 Mei, karena rohnya tidak jelas," tandas mantan aktivis Institut Teknologi Bandung ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: