Heboh Setelah Dibuka di DPR, Kasus Mesuji Diduga Ditutup-tutupi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Minggu, 18 Desember 2011, 12:30 WIB
Heboh Setelah Dibuka di DPR, Kasus Mesuji Diduga Ditutup-tutupi
istimewa
RMOL. Menko Polhukam Djoko Suyanto harus mempertanyakan sejumlah kejanggalan proses penanganan tragedi Mesuji kepada pejabat daerah dan pihak terkait di Jakarta. Sebab, kalau betul terjadi pelanggaran HAM berat di Mesuji pada April dan November 2011, mengapa Pemerintah Pusat terkejut beberapa bulan kemudian?

"Tragedi Mesuji terasa janggal karena tidak menimbulkan heboh segera setelah terjadinya peristiwa. Menjadi heboh setelah warga dan keluarga korban bersusah payah mencari akses di Jakarta untuk mengadukan nasib mereka ke Komisi III DPR," jelas anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo dalam keterangannya hari ini (Minggu, 18/12).

Bambang merupakan pimpinan sidang saat menerima warga Mesuji yang mengadukan hal tersebut ke Komisi Hukum DPR Rabu lalu, (14/12).
 
Bamsoet, demikian ia akrab disapa, menduga ada tiga kemungkinan kenapa kasus itu baru heboh di kemudian hari. Pertama, skala kasusnya memang tidak sedramatis yang dilaporkan kepada Komisi III DPR. Kedua, upaya menyederhanakan kasus. Dan ketiga, upaya menutup-nutupi tragedi pembantaian tersebut.
 
"Kita asumsikan benar bahwa telah terjadi tragedi kemanusiaan atau pelanggaran HAM berat di Mesuji pada pekan kedua November 2011. Kalau tragedi itu baru menjadi cerita yang menghebohkan di Jakarta pada pertengahan Desember 2011, itu adalah rentang waktu yang sangat panjang untuk mengungkap sebuah tragedi kemanusiaan. Jelas tidak wajar," sambung politikus Partai Golkar ini.
 
Karena itu, dalam konflik berdarah sengketa tanah 928 hektar di Mesuji, jelas Bamsoet, patut diduga ada pihak yang berusaha menutup-nutupi tragedi ini. Apalagi, warga setempat mengaku selalu dihantui rasa takut untuk melapor karena mendapat ancaman.

"Sebagaimana penjelasan Mayjen (Purn) Saurip Kadi yang mendampingi warga dan keluarga korban di Komisi III DPR. Kepala korban yang di atas truk, panggilannya Kalong dan Macan, cucu Haji Jalang. Tempat penggantungan juga sudah ditemukan Tim advokasi yang dipimpin Bob Hasan dan Ketua suku setempat, Mauli," demikian Bamsoet. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA