"Barang kali itu cara Pak SBY untuk menguji publik, sejauhmana respons publik atas nama Bu Ani untuk bisa dimasukkan sebagai calon pada 2014. Ini juga sekaligus untuk melihat respons internal partai," kata pengamat politik dari The Indonesia Institute Hanta Yudha kepada
Rakyat Merdeka Online pagi ini (Jumat, 16/12).
Hanta mengatakan hal tersebut saat dimintai tanggapan atas pernyataan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang kembali mengatakan pada acara Demokrat tadi malam bahwa tidak ada niatnya dan tidak ada niat istrinya, Ani Yudhoyono, sendiri untuk maju pemilihan presiden.
Meski begitu, Hanta melihat positif pernyataan SBY tersebut. Hal itu karena saat ini dirinya masih menjadi presiden. Makanya, kurang etis, kalau terburu-buru membicarakan siapa yang akan menggantikannya, setelah tidak bisa lagi mencalonkan pada 2014 mendatang.
Tapi, tekan Hanta, pernyataan SBY itu tentu karena menyadari bahwa elektabilitas istrinya belum memuaskan saat ini. Dia yakin, kalau elektabilitas Ani Yudhoyono tinggi, Partai Demokrat akan mendorongnya.
"Kalau sebaliknya elektabilitasnya meninggi, di atas 10 persen, saya yakin justru Bu Ani akan dimajukan. Dengan dengan catatan bahwa itu sudah menjadi kehendak rakyat. Jadi tidak ada pilihan SBY," jelasnya.
Menurutnya, dalam konteks itu, SBY tidak melanggar pernyataannya. Karena pernyataan SBY tadi malam adalah bahwa tidak ada niat darinya dan juga istrinya untuk maju. Berbeda, kalau rakyat yang mendorong agar Ani Yudhoyono maju. "Kalimat Pak SBY itu kan bercabang," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: