"Di masa rezim militer Chun Doo Hwan di Korea Selatan tidak sedikit mahasiswa memilih jalan membakar diri sebagai bentuk protes terakhir ketika kritik dan suara demonstran bersama tokoh-tokoh keagamaan tenggelam diterkam mulut-mulut nyinyir juru bicara kepresidenan," kata Sekjen Persaudaraan Indonesia Firman Tendry kepada
Rakyat Merdeka Online, Jumat siang (9/12) .
Contoh lain adalah pemuda Tunisia, Muhammad Bouazizi, yang membakar diri akibat digusur aparat keamanan dari tempatnya berdagang buah. Aksi Bouazizi menginspirasi rakyat Tunisia hingga berhasil menggulingkan Pemerintahan Ben Ali.
Di dalam negeri, Tendry melanjutkan, SBY-Boediono adalah pemerintahan yang gagal membangun harapan dan memberi keadilan kepada rakyat Indonesia. Protes dan kritik kaum agamawan, intelektual dan aktivis tidak dianggap sebagai teguran.
"Aksi bakar diri aktivis mahasiswa UBK, Sondang Hutagalung, sudah mengilhami gerakan paling radikal dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia. Kita tersadarkan bahwa penggulingan SBY-Boediono adalah keharusan sejarah anak-anak muda Indonesia," tegasnya.
Menurut dia, angkatan baru mahasiswa Indonesia memilih meregang nyawa bukan karena represi aparat, bukan karena takut menghadapi penjara dan kemiskinan. Tapi karena sesungguhnya tidak ada harapan tentang masa depan bersama SBY-Boediono.
Tadi pagi pihak Universitas Bung Karno menyatakan, pria misterius yang membakar diri di depan Istana Negara kemungkinan salah seorang mahasiswanya, Sondang Hutagalung
"Sepengetahuan kami, Sondang yang mahasiswa kami ini, baik, rajin, dan tidak pernah ikut aksi," kata Gideon.
[ald]