"Dampak psikologis ini jika berkembang dan berlarut-larut tentu akan mengganggu kinerja lembaga antikorupsi itu untuk periode 2011-2015," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane dalam siaran pers pagi ini (Minggu, 4/12).
Karena itulah, Neta yang juga salah seorang Deklarator Komite Pengawas KPK ini mengimbau Busyro berjiwa besar untuk segera mundur dari KPK, terutama jika Abraham Samad mulai bekerja. Sikap berjiwa besar juga pernah ditunjukkan Jimly Assiddiqie. Saat Mahfud MD terpilih sbg Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly langsung menyatakan mundur.
"Sebab Jimly sepertinya menyadari bahwa dampak psikologis akibat 'kekalahannya' dalam pemilihan Ketua MK bisa mengganggu kinerja lembaga tersebur sehingga ia memilih mundur," jelas Neta.
Bagi IPW, Busyro sepatutnya juga melakukan apa yang pernah dilakukan Jimly di MK. Tujuannya agar Abraham dan pimpinan KPK yang baru terpilih bisa lebih lincah dan bergerak cepat dalam menangani kasus-kasus besar yang menjadi tunggakan KPK, seperti kasus bailout Bank Century, kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang melibatkan Nunun Nurbaite, kasus suap proyek pembangunan Wisma Atlet yang melibatkan sejumlah pejabat, kasus di suap Kemenakertrans, dan kasus-kasus lain.
"IPW berharap, dalam 100 hari kepemimpinannya Abraham sudah menunjukkan indikasi bahwa kasus-kasus tersebut akan diusut tuntas. Jika sudah setahun kepemimpinannya, kasus-kasus tersebut tak kunjung tuntas, sebaiknya Abraham mundur dari KPK. Ini sesuai janjinya saat uji kepatutan di Komisi III DPR," demikian Neta.
[zul]
BERITA TERKAIT: