Menurut Bonar, HKBP sebagai Gereja terbesar di Asia Tenggara mesti melakukan evaluasi diri dalam menempatkan dirinya di tengah bangsa yang majemuk. Apalagi di tengah situasi kerukunan umat beragama yang seringkali terganggu belakangan ini.
Hal itu dikatakannya dalam perayaan sekaligus ibadah syukur 150 Tahun Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang digelar Distrik VIII Jawa-Kalimantan di Tennis Indoor Senayan Jakarta, Sabtu (15/10).
Dia mencontohkan, di satu daerah di Bekasi, Jawa Barat, seringkali jemaat tidak mau bersatu di antara mereka sendiri karena mengedepankan eksistensi masing-masing.
"Tidak boleh terjadi terlalu banyak gereja juga di daerah yang berdekatan. Setiap 300 meter ada gereja itu tidak baik juga. Seharusnya jemaat bisa bersatu," ujarnya.
Dia juga menyinggung kejadian-kejadian kecil yang bisa akibatkan pertengakaran dengan tetangga dari gereja. Misalnya, ada gereja yang punya lahan terlalu kecil sehingga banyak kendaraan yang parkir di depan kediaman tetangga dan mengganggu aktivitas orang lain.
Bonar menambahkan, justru HKBP lebih penting untuk mendalami lagi sejauh mana peran sosial gereja bagi kehidupan sosial bangsa Indonesia.
"Berapa banyak lagi sekolah yang harus kita bangun dari tingkat bawah sampai universitas untuk melayani masyarakat, berapa lagi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, itu semua akan kita teliti," urainya.
Bonar mengatakan semua penelitian akan dilakukan oleh Universitas HKBP Nommensen di Medan, Sumatera Utara.
"Mei 2012, hasil penelitian itu akan diserahkan ke tim perumus membuat rencana strategis pembangunan jatidiri HKBP sampai 50 tahun ke depan," jelasnya.
HKBP lahir pada 7 Oktober 1861. Gereja ini memiliki 4,5 juta jiwa jemaat dengan jumlah gereja hampir 3.300 buah tersebar di hampir seluruh Nusantara dan sebagian di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia dan Amerika Serikat. Oleh karena itu HKBP menyandang predikat gereja terbesar di Asia Tenggara.
[arp]
BERITA TERKAIT: