"Sebetulnya, kalau bicara dampak reshuffle saya rasa tidak begitu banyak. Paling-paling punya dampak pada harmoni partai-partai koalisi," jelas Direktur Strategi Pemenangan Lingkaran Survei Indonesia, Budi Prasetyohadi, kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis (13/10).
Budi menyayangkan, SBY terlalu lama mengambil keputusan. Kalaupun benar niatnya betul-betul untuk kepentingan rakyat seharusnya SBY tegas, cepat dan tepat. Kini isu reshuffle terkesan cuma drama.
"Dimainkan sebulan lebih, jadi semua orang bicaranya reshuffle terus dan tidak kunjung datang dan dibuat serumit mungkin, semua diminta pendapat dan dipanggil dan tak mau diganggu orang. Orang di luar menjadi gaduh karena tidak ada kepastian di ruang kedap suara dan partai yang bersama penguasa jadi tidak nyaman juga," terang Budi.
Dia katakan, reshuffle jadi kontra-produktif terhadap perbaikan citra pemerintah. Menurutnya, masyarakat sekarang sudah tidak asing lagi dengan dramatisasi isu reshuffle. "Dramatisasi itu tidak kontekstual, kontraproduktif," sebutnya.
Budi sendiri yakin tidak akan ada perubahan mendasar pada susunan kabinet baru, dan menteri-menteri yang selama ini dicap rakyat bermasalah tetap bertahan di posisi sebelumnya, atau maksimal cuma digeser ke pos lain.
"Kalau prediksi saya, SBY agak ragu mau copot menteri bermasalah itu, paling digeser saja. Bukan karena hitungan politik SBY tapi karena sifat peragunya. Kalau pakai hitungan politik, semua yang terindikasi korupsi dan bermasalah kinerja pasti diganti. Tapi dia kan ragu-ragu," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: