Jurubicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, mengatakan, pemanggilan menteri-menteri akan tetap dilakukan Presiden di Cikeas. Tidak tertutup kemungkinan para tamu Presiden juga diarahkan ke Cikeas. Hingga tadi malam, seliweran rombongan pejabat negara seperti Wakil Presiden Boediono, Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto, tampak di Cikeas.
Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, Uchok Sky Khadafi, mengaku kesal dengan ulah Presiden itu. Desakan agar SBY tinggal menetap di Istana kembali menggelinding.
"Merepotkan bukan hanya pejabat dalam pelayanannya ke masyarakat, tapi juga publik karena banyak juga orang yang ingin bertamu. Ini jadi negara individual," kata Uchok kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu, Jumat (7/10).
Selain itu, sumber informasi jadi jauh dari masyarakat termasuk soal reshuffle kabinet yang selama ini digonjang-ganjingkan.
"Publik mengambil isu negatif dari reshuffle ini karena SBY menjauh dari pusat informasi. Akhirnya publik lebih percaya SMS dan rumor politik," tambahnya.
Karena banyaknya menteri atau pejabat yang membawa rombongan pengawal beserta konvoi kendaraan bolak-balik dari ibukota ke Cikeas, Bogor, tentu saja menjadi permborosan transportasi dan akomodasi.
"Itu kan pakai uang negara. Jalan raya Bogor jadi padat macet dan ganggu masyarakat kalau mereka lewat. Jadi beban negara dan beban masyarakat dan SBY tidak pernah berpikir kesana," ketussnya.
Uchok sekali lagi menyarankan SBY agar berpindah tempat tinggal ke Istana Negara, Jakarta. Di Merdeka Utara SBY bisa menjalankan tugas negara sekaligus berkumpul bersama keluarganya seperti presiden-presiden terdahulu.
"Jadikan itu rumah. Jangan takut bisikan gaib. Kan ada mitos, kalau presiden yang tidurnya tiap hari di Istana itu akan jatuh di tengah jalan, mungkin saja SBY takut itu," seloroh Uchok sambil tertawa.
[ald]
BERITA TERKAIT: