Demokrat: Tentang SBY dan President Taxi, Asumsi Arbi Sanit Tidak Lurus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 28 September 2011, 16:50 WIB
Demokrat: Tentang SBY dan President Taxi, Asumsi Arbi Sanit Tidak Lurus
presiden sby/ist
RMOL. Presiden SBY disamakan dengan President Taxi. Julukan itu diutarakan anggota Majelis Pertimbangan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI), Arbi Sanit, untuk mengibaratkan ketidakprofesionalan SBY membentuk kabinet.

Dia yakin, SBY tidak berani memecat menteri-menteri asal partai politik meski sudah sangat membebani pemerintah. Partai Demokrat tentu saja geram dengan pernyataan Arbi Sanit, yang dulu dikenal publik sebagai pengamat politik kawakan itu.

"Pertama saya mau katakan, presiden sudah mengatakan (reshuffle) pasti terjadi sebelum 20 Oktober. Kedua, terkait pernyataan Arbi Sanit, asumsi Arbi perlu diluruskan. Dia tidak berdasarkan data dan informasi yang benar," tegas Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu (28/9).

Menurutnya, urusan reshuffle bukanlah tentang berani atau tidak berani kepada partai politik koalisi. Reshuffle oleh SBY berbasiskan kompetensi.

"Dulu (KIB I), orang bilang menteri paling kuat adalah Yusril Ihza. Nyatanya, dia dipecat juga. Ada yang bilang anak kesayangan JK tidak bisa diganti, tapi nyatanya Hamid Awaluddin diganti," jelasnya.

Anggota DPR ini menegaskan, sederhana sekali untuk mencopot menteri. Bila menteri tidak kompeten, tidak sehat atau tersangkut kasus korupsi atau kasus hukum lain, cukup jadi alasan untuk menggesernya.

Evaluasi tiga bulanan kinerja para menteri oleh UKP4 yang rutin disampaikan ke presiden, pakta integritas menteri, dan banyaknya sumber masukan, kata Ramadhan, dijadikan SBY sebagai dasar pertimbangannya merombak kabinet.

"Pernyataan Pak Arbi antara SBY tidak berani dan President Taxi itu bertolak belakang. Satu sisi dia bilang SBY penakut, tapi di sisi lain dia katakan President Taxi itu berani menurunkan penumpang di tengah jalan. Lagi pula Presiden Taxi itu kan pakai argo, tidak bisa tawar menawar di dalamnya," ucapnya ringan.

"Apapun yang dibicarakan pengamat, akademisi, atau siapapun itu, adalah spekulasi. Semua yang berkembang itu Pak SBY cermati, jadi bahan masukan, silakan saja. Tapi jangan coba dikte presiden, itu senantiasa tidak berhasil," tandasnya.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA