"Sedangkan kekacauan yang terjadi di Ambon menunjukkan lemahnya respon dan koordinasi aparat sebelum dan sesudah kerusuhan," kata Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Stefanus Gusma, kepada
Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Senin, 12/9).
Di sisi lain, Stefanus menyesalkan karena selama ini ada kesan yang diciptakan dengan mengondisikan Ambon sebagai daerah konflik. Contohnya, dengan menambah jumlah pasukan, baik TNI maupun Polri. Padahal pendekatan militeristik justru semakin memanaskan situasi.
"Ambon harus dibuat damai dan sejuk dengan memaksimalkan peran tokoh-tokoh agama, tokoh adat, serta organisasi mahasiswa untuk selalu berada di tengah-tengah masyarakat," kata Stefanus.
Stefanus juga mengimbau media membuat pemberitaan yang mengarah pada upaya untuk membuat situasi semakin aman dan kondusif.
"Berkembangnya isu SARA sudah dipastikan hanya bertujuan memperkeruh situasi dan rawan sekali terhadap intervensi kepentingan politik lokal dan pusat," kata Stefanus sambil meminta semua pihak menggalang solidaritas untuk perdamaian, persatuan, dan gotong royong.
[ysa]
BERITA TERKAIT: